blank
Para siswa SMK Negeri 1 Wonogiri, praktik menyemprotkan air dari slang mobil brandweer, memakai teknik sprayer demi perlindungan diri dari panasnya nyala api kebakaran.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Faktor kelalaian, disebutkan telah mendominasi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Bisa jadi, karena lalai memadamkan tungku dapur, lupa mematikan api kompor, lalai memadamkan api pembakaran sampah, lalai membetulkan jaringan listrik dalam rumah yang berpotensi dapat memicu korsleting dan lain-lain.

Penegasan ini, disampaikan oleh Fire fighter Tri Budi, Selasa (19/11/24), saat memberikan paparan tentang teori pencegahan musibah kebakaran di SMK Negeri 1 Wonogiri. Personel Pemadam Kebakaran Pemkab Wonogiri ini, tampil menjadi nara sumber untuk memberikan pemahaman secara teoritis tentang definisi kebakaran, penyebab dan pencegahannya. 

SMK Negeri 1 Wonogiri Pimpinan Kepala Sekolah (Kasek) Gunarsi SPd, MPd, mengundang Tim Damkar Pemkab Wonogiri, untuk memberikan pembimbingan cara pencegahan kebakaran. Ini dilakukan, sebagai upaya memberikan pemahaman kepada para murid, guru dan karyawan. Hal ini penting, terlebih SMK ini memiliki program studi Tata Boga, yang setiap saat melakukan praktik masak-memasak.

Berkaitan ini, Kepala Satpol-PP Kabupaten Wonogiri, Joko Susilo dan Kabid Damkar Joko Prayitno, menerjunkan Tim dipimpin Koordinator Lapangan Sriyanto Kembo, untuk memimpin pemberian pemahaman dan cara cegah musibah kebakaran di SMK Negeri 1 Wonogiri. Untuk pembimbingan praktik pemadaman, dipimpin oleh personel Fire fighter Suparno.

Praktik pemadaman api, dilakukan dengan cara manual, memakai karung goni basah, menggunakan tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Juga praktik penyemprotan menggunakan selang air dari Hidran dan dari Mobil Brandweer. Secara khusus, juga dibimbingkan teknis pemadaman api dari kompor gas.

Serangkaian praktik pemadaman api, dilakukan selagi nyala api masih dalam batas terkendali. Teknik ini penting dipahami oleh semua masyarakat, sebab bila api awal dapat dipadamkan, maka musibah kebakaran dapat dihindarkan. Upaya pemadaman api awal dilakukan pemilik rumah dan anggota keluarganya, karena berada di posisi ring satu. Kemudian dibantu tetangga, yang berada pada radius ring dua.

Empat Hari

Persoalan yang lazim terjadi, orang-orang yang berada di ring satu cepat dilanda kepanikan, karena tak memiliki bekal pengetahuan dan teknik pemadaman. Demikian halnya, dengan para tetangga yang berada di lingkaran ring dua, karena tak memiliki kecakapan untuk melakukan perbantuan pemadaman. Juga terkendala di lokasi tidak tersedia air dalam jumlah cukup, serta tidak ada tabung APAR.

blank
Kepala Sekolah (Kasek) SMK Negeri 1 Wonogiri, Gunarsi (baju lurik), bersama Wakil Kepala Sekolah dan para guru, secara bergiliran ikut berpraktik teknik memadamkan kebakaran api awal memakai cara manual.(SB/Bambang Pur)

Sementara itu, Damkar posisinya berada di ring tiga, yang memberikan bantuan pemadaman ketika dikontak. Yakni tatkala peran orang-orang di posisi ring satu dan dua, telah kewalahan memadamkannya.

Berkaitan dengan faktor kelalaian, oleh Tri Budi dicontohkan pada musibah kebakaran kemarin, di pabrik tahu milik Rudi, di Desa Jarum, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Sebelum tutup, pekerja lupa mematikan api tungku di pabrik pembuatan tahu secara tuntas. Dampaknya, pada Pukul 18.20 api tungku membesar dan memicu terjadinya kebakaran.

Sebelumnya, kebakaran meludeskan rumah Rukiman (72) beserta isi harta bendanya di Kampung Gunung Wijil, Kelurahan Kaliancar, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Saat kebakaran terjadi, pemilik tengah pergi Subuhan ke Masjid. Diduga, pemicu kebakaran karena korsleting listrik.

Tahun 2024 telah berjalan 323 hari. Selama kurun waktu tersebut, Pemadam Kebakaran (Damkar) Pemkab Wonogiri, telah memberikan bantuan pemadaman kebakaran sebanyak 81 kali. Itu artinya, bantuan pemadaman dilakukan rata-rata dilakukan dalam setiap 4 hari sekali.(Bambang Pur)