blank
Pengamat politik Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Joko J. Prihatmoko. Foto: Hery Priyono

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Program dan visi-misi calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang 2024, Yoyok Sukawi dan Joko Santoso (Yoyok-Joss), mendapatkan pujian dari berbagai kalangan karena dinilai sangat realistis dan memahami persoalan yang dihadapi masyarakat.

Pengamat politik dari Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), Joko J. Prihatmoko, memuji visi-misi yang diusung pasangan calon ini dalam Pilwakot Semarang 2024. Keduanya dinilai fokus dalam mencakup berbagai aspek penting seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, dan penanganan banjir.

“Visi dan misi pasangan nomor 02 lebih terukur dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta Kota Semarang sebagai kota metropolitan,” ujar Joko, Senin 4 November 2024.

Ia menambahkan bahwa program-program yang ditawarkan oleh Yoyok Sukawi dan Joko Santoso sangat terukur dan sesuai dengan kewenangan serta regulasi yang ada. Sebagai contoh, saat ditanya tentang sumber dana untuk pendidikan gratis, Yoyok mengacu pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 5,8 triliun dan ketentuan alokasi anggaran 20% untuk pendidikan sesuai dengan undang-undang.

“Hal ini menunjukkan bahwa pasangan ini menguasai dan memahami permasalahan yang dihadapi masyarakat,” katanya.

Dalam hal penanganan isu lingkungan, pasangan Yoyok-Joss juga menawarkan ide-ide inovatif seperti meremajakan armada Trans Semarang dan mengganti lampu kota dengan tenaga surya.

“Program ini tidak terpikirkan oleh pasangan 01, yang lebih berfokus pada rencana pembangunan stasiun pengisian daya untuk mobil dan motor listrik,” jelas Joko.

Pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata, Ir Djoko Setijowarno, MT, juga sependapat. Menurutnya, program peremajaan armada bus yang sudah tua dan menggantinya dengan bus listrik adalah langkah yang tepat untuk memperbaiki kualitas udara kota.

“Bus yang ada sekarang memang harus diganti. Peremajaan ini sangat penting karena armada yang digunakan saat ini sudah usang,” ungkap Djoko.

Djoko juga menekankan pentingnya perbaikan sistem penggajian sopir agar lebih layak, setidaknya sesuai dengan upah minimum regional (UMR).

“Gaji sopir harus wajar dan tidak dipotong-potong, minimal UMR. Di Solo, gaji sopir bahkan mencapai satu setengah kali UMR atau Rp 4 jutaan,” katanya.

Ia juga mengkritik besarnya subsidi untuk transportasi publik Semarang yang mencapai sekitar Rp 205 miliar, namun menilai kualitas pelayanannya belum memadai.

“Rute-rute bus juga perlu diperluas hingga ke wilayah-wilayah yang memerlukan perhatian khusus, seperti kawasan kumuh,” saran Djoko.

Dengan komitmen untuk menciptakan Semarang yang lebih hijau dan ramah lingkungan, Yoyok Sukawi dan Joko Santoso bertekad untuk menggunakan bus listrik dan memanfaatkan energi baru terbarukan dalam program-program mereka. Melalui langkah-langkah konkret ini, mereka berharap dapat memberikan solusi nyata bagi permasalahan yang dihadapi kota Semarang.

Hery Priyono