Dua petembak putri Jateng saat berlaga di cabor Menembak, yang digelar di Lapangan Tembak Rindam Iskandar Muda, Mata Ie, Aceh Besar. Foto: riyan

Catatan: Aman Ariyanto-Sigit Pramono

BERANGKAT dengan bekal motivasi tinggi guna memperbaiki prestasi di PON XX/2021 Papua, kontingen Jawa Tengah mampu menunjukkan pencapaian luar biasa, saat berpatisipasi di PON XXI/2024, yang kali ini digelar di dua provinsi, Aceh dan Sumatera Utara.

Berkekuatan 758 atlet yang berlaga di 60 cabang olahraga dari total 68 cabor yang dipertandingkan, Jateng sukses membawa pulang 71 medali emas, 74 perak, dan 115 perunggu. Dengan raihan itu, Kontingen Jateng ada di posisi 5 dari 38 provinsi di Indonesia yang ikut dalam multievent olahraga empat tahunan ini.

Sebuah sukses luar biasa, bila berkaca pada hasil akhir saat PON dilaksanakan di Papua. Kala itu Jateng ada di urutan 6 dengan koleksi 27 emas, 47 perak, 64 perunggu. Bahkan Jateng dibawah Papua (urutan 4) dan Bali (urutan 5).

Prestasi Jateng di PON kali ini menjadi lebih “spesial”, dikarenakan torehan medali yang dikoleksi menjadi perolehan terbanyak selama mengikuti PON. Ketua Umum KONI Jateng, Bona Ventura Sulistiana pun menyebut, para atletnya berhasil menunjukkan performa yang cukup membanggakan.

Diperoleh data dari Bidang Pulahta KONI Jateng, catatan perolehan medali sejak PON XVI/2004 Sumatera Selatan hingga PON XX/2021 Papua, kontingen Jateng terus mengalami tren penurunan medali.

Pada pelaksanaan PON XVI/2004 Sumsel mendapatkan 55 emas, 56 perak dan 64 perunggu, PON XVII/2008 Kalimantan Timur (53-81-81), PON XVIII/2012 Riau (47-52-69), PON XIX/2016 Jawa Barat (32-56-85), PON XX/Papua (27-47-64).

Pemaparan lebih detail juga disampaikan Wakil Ketua Kontingen Jateng di Bidang Teknis, Soedjatmiko. Dia menyebut, keberhasilan itu tak hanya mencerminkan kemampuan seorang atlet, tetapi juga adanya kolaborasi yang baik antara pelatih, manajer, dan seluruh tim pendukung.

* * * * *

”Dengan pencapaian ini, Jateng tidak hanya meraih medali, tetapi juga membangun semangat dan harapan baru. Keberhasilan ini dapat menjadi motivasi bagi generasi atlet berikutnya, untuk terus berjuang dan mengharumkan nama daerah,” ujar Soedjatmiko yang juga dosen FIK Unnes Semarang ini.

Lompatan prestasi yang didapat Kontingen Jateng ini, seharusnya juga perlu diwaspadai mulai saat ini. Catatan apik atlet-atlet Jateng itu, bukan tidak mungkin akan dilirik provinsi lain. Mereka akan berlomba-lomba memberikan tawaran menarik untuk atlet incarannya, agar mau pindah provinsi.

Berkaca dengan pindahnya atlet Paralayang Jateng, Hening Paradigma ke Aceh, harus menjadi pelajaran bagi Jateng. Lebih menyakitkan lagi, Hening sukses mempersembahkan medali emas untuk Aceh di cabor Paramotor.

Persoalan klasik pindahnya atlet ini seolah memang tak berujung, bahkan terkesan berulang. KONI Jateng harus punya formula khusus, yang bisa “mengikat” atlet untuk tetap bisa membela provinsi ini pada event-event skala Nasional.

KONI Jateng harus bisa memberikan kemudahan dalam bidang pendidikan, pekerjaan atau fasilitas lain, bagi atlet-atlet berprestasi. Pendekatan dengan hati dan perhatian serius juga perlu dilakukan, guna menambah rasa memiliki para atlet.

Pembinaan yang berkelanjutan, diharapkan akan menghasilkan atlet yang tidak hanya siap secara fisik, tetapi juga mental. Pelaksanaan PON XXII pada 2028 mendatang, di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, akan menjadi pembuktian kerja keras KONI Jateng.

Sekadar kilas balik pada pelaksanaan PON 2024, dimana banyak peristiwa atau kejadian yang kurang berkenan, tetapi harus dilakukan. Dan ini bukan tidak mungkin juga akan terulang kembali di PON 2028 NTT-NTB.

* * * * *

Seperti diketahui, ada beberapa cabor dimana tuan rumah “meminta” jatah medali emas untuk atletnya. Banyak modus yang dilakukan untuk hal itu, guna menaikkan gengsi provinsi di event Nasional.

Cabor Woodball, seperti yang disampaikan ofisial dari Jateng, mereka harus merelakan peluangnya di salah satu nomor yang dipertandingkan, usai medali emas itu “diminta” tuan rumah.

Beruntung, Tim Woodball Jateng yang tampil di Lapangan Golf Lampuuk, Lhoknga, Aceh Besar, tetap bisa tampil tenang. Bahkan gelar Juara Umum di cabor itu mampu diraihnya, dengan koleksi tiga medali emas dan empat perunggu.

Kata “diminta” seperti informasi yang diterima yakni, agar provinsi lain “mengalah” saat bertemu tuan rumah. Hal yang nyaris sama juga terjadi di cabor Paralayang, serta beberapa cabor lain.

Cabor Paralayang yang beberapa kali tertunda pelaksanaannya akibat cuaca yang kurang mendukung, coba dimanfaatkan tuan rumah. Mereka mencoba “menghentikan” pertandingan, dan sisa nomor pertandingan yang belum dilaksanakan nilainya untuk mereka.

Di cabor lain, tuan rumah juga mencoba cara yang berbeda. Mereka secara mendadak menambah nomor pertandingan, yang sebelumnya tak ada dalam catatan pertandingan.

Catatan-catatan itulah, seperti yang pernah diungkapkan Wakil Ketua Umum II KONI Jateng Bidang Pembinaan Prestasi, Soejatmiko, akan dibawa dan disampaikan dalam forum resmi bersama Ketua Umum KONI Pusat.

— Penulis merupakan wartawan suarabaru.id