MAGELANG(SUARABARU.ID) Gedung Markas Polres ( Mapolres) Magelang Kota dialihfungsikan menjadi gedung museum, yakni Museum Mosvia.
Nama Mosvia tersebut diambil dari bangunan bekas Mapolres Magelang Kota tersebut yang di zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (Mosvia) atau sekolah pamong praja.
Magelang memang layak disebut Kota Museum, mengingat banyak sekali museum di kota ini.
Museum Diponegoro di bekas Karesidenan Kedu, Museum Jenderal Sudirman, Museum Bumi Putera, dan museum lainnya.
Kemudian munculnya Museum Mosvia ini menambah eksistensi Magelang sebagai Kota Museum. Dan tentunya menjadi destinasi wisata baru, untuk lebih mengenal sejarah kepolisian Indonesia.
“Ide pengalihan fungsi Markas Komando Polres Magelang Kota lama menjadi Museum Mosvia, seiring dengan pembangunan kantor Polres Magelang Kota baru yang letaknya berada di belakang museum tersebut. Pengalihfungsian bangunan ini, dirintis oleh Kapolres Magelang AKBP Yolanda Evalyn Sebayang dua tahun silam,”kata Wakil Kepala Polres Magelang Kota, Kompol Budiyuwono Fajar Wisnugroho, Minggu (30/2024).
Budiyuwono mengatakan, Museum Mosvia tersebut sebagai sarana edukasi dan literasi bagi masyarakat tentang kepolisian dari masa ke masa. Selain itu, juga untuk mengetahui sejarah dari bangunan cagar budaya merupakan bekas Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (Mosvia).
Menurutnya, dengan adanya Museum Mosvia tersebut diharapkan bisa membuat hubungan yang lebih erat dan ramah polisi kepada masyarakat. Karena, selama ini masyarakat menilai kantor polisi itu cenderung kaku dan menakutkan.
“Di gedung bekas Mosvia ini, masyarakat juga bisa mengetahui sejarah bangunan cagar budaya Mosvia. Selain itu juga, tentan sejarah kepolisian sejak zaman Hindia Belanda hingga sekarang,” katanya.
Ia menambahkan, dengan mengusung konsep “Museum Tumbuh, literasi dan artefak yang ada di dalam Museum Mosvoa ini masih terbatas. Dan diharapkan, koleksi artefak dan literasi tentang bangunan sekolah Mosvia dan kepolisian di Magelang terus bertambah.
”Dengan komitmen terus tumbuh dan berkembang, Museum Mosvia ini akan terus bergerak dan memberikan pelayanan informasi sejarah. Selain itu, juga mengedukasi dan menambah pengetahuan masyarakat,”kata Budiyuwono.
Ruang Tematik
Pegiat sejarah dari Komunitas Kota Toea Magelang , Bagus Prijana menambahkan, di Museum Mosvia terdapat empat ruang tematik . Yakni, Ambtenaren ( lini masa sekolah pamong praja bentukan Belanda.), Politie ( sejarah kepolisian sejak zaman Belanda hingga sekarang), Tuin van Java ( berisi tentang lini masa Kota Magelang) dan Onderwijs ( ruang pendidikan).
Namun dari empat ruangan yang ada, baru dua ruangan yang sudah bisa dinikmati publik. Yakni, ruang Ambtenaren menjabarkan lini masa sekolah pamong praja bentukan Belanda dan ruangan Politie ( sejarah kepolisian dari masa ke masa)
“Sementara di ruangan yang saat ini digunakan untuk Mosvia Café, akan diisi tentang Tuin van Java. Di ruangan tersebut, nantinya akan diisi dengan aneka tentang sejarah Kota Magelang dari masa ke masa,”kata Bagus.
Sedangkan, di ruangan Politie yang sebelumnya dijadikan ruangan tersebut, pengunjung bisa melihat artefak yang pernah digunakan untuk tugas-tugas kepolisian, seperti borgol kuna , mesin ketik, sepeda motor dinas polisi dan alat-alat penyelidikan.
Sementara di dalam ruangan Ambtenaren yang pernah digunakan untuk ruangan wakapolres, terdapat sejarah berdirinya Mosvia.
Selain itu juga ada sejumlah foto sejumlah pahlawan nasional dan tokoh nasional Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di Mosvia Magelang.
Tokoh-tokoh nasional dan pahlawan nasional yang pernah mengenyam pendidikan di Mosvia tersebut, yakni HOS Tjokroaminoto, Halim Perdana Kusuma, Bupati Magelang kelima, Danoesoegondo.
Kemudian, Bupati Magelang keenam, Said Prawirosastro, Suprijadi ,pahlawan nasional di era penjajahan Jepang, tokoh pendidikan dan pemerintahan Indonesia, Selo Soemardjan dan lainnya.
“Nantinya, di ruangan bekas ruangan kapolres, akan digunakan untuk media visual digital,”imbuh Bagus.
W. Cahyono.