PACITAN (SUARABARU.ID) – Musim akan segera berganti, dari penghujan ke musim kemarau. Menyongsong pergantian musim ini, Pemkab Pacitan berupaya menyiapkan langkah dalam mengantisipasi dampak kekeringan musim kemarau Tahun 2024.
Bagian Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, masalah kekeringan masih terus menjadi perhatian serius. Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, menekankan kepada jajarannya untuk seawal mungkin menyiapkan langkah antisipasinya.
Penekanan Bupati tersebut, disampaikan saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) membahas antisipasi kekeringan. Rakor digelar di ruang kerja bupati, Rabu (15/5).
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, puncak kemarau tahun ini diperkirakan akan terjadi di Bulan Agustus 2024. Beberapa langkah antisipasi yang disiapkan Pemkab Pacitan dalam menangani kekeringan, diantaranya pembangunan sarana penyediaan air baku, seperti sumur bor dan sarana penampungan air baku.
Bersama itu juga akan dilakukan optimalisasi embung dan Satgas air bersih. Rakor juga menyepakati tentang perlunya proses mitigasi dan eksekusi desa yang rawan kekeringan, juga akan terus dilakukan.
59 Desa
Berdasarkan data Tahun 2023, di Kabupaten Pacitan, Jatim, terdapat 59 desa yang rawan kekeringan. Dari jumlah tersebut, 25 desa sudah tuntas tertangani, dan masih menyisakan 34 desa lagi yang dalam proses penanganan.
Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan), juga menekankan agar terus dilakukan intervensi terhadap desa-desa dengan kategori rawan kekeringan. Bupati juga memerintahkan instansi terkait, untuk terus memantau perkembangan desa-desa yang sudah mendapat intervensi, guna memastikan sudah bebas dari kekeringan atau belum.
”Konsep bebas kekeringan, bukan semuanya harus dengan pipanisasi, tapi tersedia air untuk minum dan kebutuhan dasar lainnya,” tandas Bupati. Target utama kita, tambah Bupati, 59 desa semuanya bisa bebas dari kekeringan.
Selain langkah-langkah di atas, Bupati melalui PDAM Pacitan juga sudah mengajukan permohonan pemanfaatan air baku Waduk Tukul, untuk membantu mengatasi dampak kekeringan.
Bambang Pur