blank
Ilustrasi. Foto: pixabay

Oleh: Mubarok MSi

blankPENDIDIKAN menjadi pilar utama bagi kemajuan suatu bangsa. Karena itu, perhatian terhadap kualitas pendidikan harus mendapatkan perhatian serius. Perkembangan zaman yang semakin pesat, disrupsi teknologi di berbagai bidang dan antisipasi perkembangan ke depan, menjadi pertimbangan dalam mengelola pendidikan. Proses pendidikan diharapkan menghasilkan peserta didik yang berakhlak dan berkarakter mulia, sekaligus siap terjun ke dunia kerja.

Guna mendukung target tersebut, Kemendikbud meluncurkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), pada 11 Februari 2020. Inti merdeka belajar adalah memberikan kesempatan belajar yang lebih otonom, lebih variatif dan memberikan pengalaman, terkait dengan proses pendidikan.

Mahasiswa diberikan kebebasan memilih untuk belajar sepenuhnya di Perguruan Tinggi (PT) atau menempuh sebagian proses belajarnya di luar PT. Program studi menyelenggarakan kurikulum murni dan kurikulum MBKM, sehingga mahasiswa bisa memilih sesuai kebutuhannya.

Bagi mahasiswa yang memilih kurikulum MBKM, bisa melakukan beberapa kegiatan berikut yang nantinya bisa dikonversi ke dalam nilai perkuliahan. Program yang bisa dipilih di antaranya, magang atau praktik industri, magang bersertifikat, proyek desa, studi atau proyek independen, dan proyek kemanusiaan.

Program-program tersebut diharapkan bisa meningkatkan kualitas, pengalaman, dan relasi mahasiswa. Harapannya, setelah lulus kuliah mereka lebih siap masuk ke dunia kerja, sekaligus memiliki karakter dan akhlak yang mulia.

Sebagai contoh, ketika mereka mengikuti kegiatan magang atau praktik industri, mahasiswa secara langsung belajar di dunia kerja. Pengalaman dan ilmu yang diperoleh menyiapkan mereka untuk siap masuk dunia kerja. Selama magang mereka juga menempa karakter, bagaimana bekerja dalam tim, menjalin relasi dengan rekan kerja, berperilaku yang baik, mengasah empati dan karakter lainnya.

Pentingnya Mengkomunikasikan Praktik Baik
Semenjak diluncurkan pada tahun 2020 lalu, sudah banyak kebermanfaatan dan praktik baik yang lahir dari program Kemendikbud tersebut. Karena itu, segala praktik baik dan kebermanfaatan tersebut harus dikomunikasikan, supaya diketahui oleh segenap masyarakat. Harapannya, praktik baik dan kebermanfaatan tersebut bisa ditiru, menginspirasi dan mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Salah satu contoh praktik baik yang akan saya bagikan adalah, kegiatan Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI). Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan Merdeka Belajar, yang diinisiasi Kemendikbud.

Bentuk kegiatan KMMI adalah, kursus singkat selama dua bulan yang berisi 16 pertemuan. Pihak perguruan tinggi bekerja sama dengan mitra, untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Program KMMI bertujuan, memberikan bekal pengetahuan, keterampilan kepada segenap mahasiswa di luar konteks perkuliahnya. Materi yang diajarkan, akan melengkapi dan meningkatkan kualitas mahasiswa.

Prodi Ilmu Komunikasi Unissula pernah mendapatkan KMMI pada tahun 2021 lalu. Kegiatan kursus yang dilaksanakan adalah Digital Virtual Public Speaking. Kegiatan ini berawal dari indentifikasi masalah, yaitu pertama, kemampuan public speaking dibutuhkan oleh setiap orang di berbagai profesi. Akibat kurang menguasi kemampuan public speaking, banyak orang yang gagal dalam presentasi bisnis, diskusi, wawancara kerja, pemasaran.

Kedua, adanya kebutuhan pelatihan public speaking secara virtual di masa pandemi. Kemampuan untuk menjadi pembawa acara, moderator, presentasi bisnis, pemasaran produk secara virtual, menjadi contoh kemampuan digital public speaking yang dibutuhkan. Karena itu, perlu adanya bekal pelatihan digital virtual public speaking bagi para mahasiswa.

Melalui kegiatan KMMI, keterampilan digital virtual public speaking tersebut diajarkan. Kegiatan KMMI diikuti 200 mahasiswa, dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kegiatan kursus singkat ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan. Mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan di bidang public speaking, fasilitas sertifikat dan nilai yang diperoleh bisa dikonversi kedalam mata kuliah di program studinya.

Kegiatan KMMI menjadi salah satu contoh praktik baik dan kebermanfaatan Program Merdeka Belajar. Kegiatan lain yang juga memberikan manfaat dan praktik baik adalah, menjadi relawan pada proses vaksinasi di Unissula, selama masa pandemi. Mahasiswa dari berbagai program studi, menjadi relawan dalam kegiatan tersebut.

Ilmu yang diperoleh di bidang kesehatan, teknologi informasi, administrasi, komunikasi bisa diterapkan langsung pada kegiatan tersebut. Mahasiswa menerapkan ilmu sekaligus mengasah empati, kepedulian, dan berkontribusi pada penyelesaian masalah bangsa. Di akhir kegiatan, mahasiswa juga mendapatkan sertifikat yang nilainya kemudian dikonversi ke dalam kurikulum.

Merdeka Berbudaya dan Merdeka Membaca
Setelah peluncuran Program Merdeka Belajar, Kemendikbud melanjutkan dengan peluncuran Program Merdeka Berbudaya dan Merdeka Membaca. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, 1.300 suku dan 718 bahasa daerah. Ini adalah kekayaan budaya yang luar biasa.

Karena itu, Program Merdeka Berbudaya menjadi sangat penting. Inti dari program ini adalah, penghargaan terhadap keragaman dan kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini. Kekayaan budaya ditransformasikan sebagai kekuatan untuk kemajuan bangsa. Keragaman budaya adalah modal untuk maju, bukan sebagai pintu perpecahan.

Program Merdeka Membaca yang dirilis pada Februari 2023, memiliki tujuan untuk meningkatkan literasi membaca. Kemendikbud menyediakan buku bacaan bermutu, untuk literasi Indonesia. Membaca adalah jembatan ilmu, pembuka cakrawala dan basis dari perkembangan ilmu pengetahuan. Karena itu, gerakan membaca dan ketersediaan bahan bacaan bermutu, menjadi langkah penting bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Sebagai penutup, kebermanfaatan dan praktik baik Merdeka Belajar, Merdeka Berbudaya, Merdeka Membaca, menjadi ispirasi dan harapan bagi kemajuan pendidikan kita. Muaranya adalah, kemajuan bangsa yang ditopang oleh generasi muda yang kuat ilmu, kuat amal dan berkarakter mulia.

Mubarok MSi, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Unissula Semarang