blank
Daerah Wonosobo sangat cocok untuk pengembangan tanaman kopi. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Daerah Wonosobo yang secara geografis merupakan wilayah pegunungan memiliki prospek potensi yang besar bagi pengembangan holtikultura khususnya tanaman kopi dan alpukat.

Untuk itu, melalui Bimbingan Teknis (Bimtek) Good Agriculture Practice (GAP) Tanaman Kopi dan Alpukat, bagi 70 petani dari 17 Kelompok Tani dan 10 orang Petugas Pendamping Lapangan (PPL) dari 6 Kecamatan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan ekonomi.

“Komoditas kopi masih menjadi investasi primadona di Kabupaten Wonosobo, saya optimis hari demi hari perkembangan petani Wonosobo semakin besar dan tentunya maju,” kata Wakil Bupati Wonosobo, M Albar.

Maka, lanjut Wabup, petani Wonosobo harus memahami bagaimana caranya menjadi petani kopi dan alpukat yang hebat, sehingga kesejahteraan dan pendapatan ekonomi akan meningkat.

M Albar mengatakan hal itu, pada acara Bimtek GAP Tanaman Kopi dan Alpukat Kegiatan Diversifikasi Tanaman Tembakau Sumber Dana DBHCHT tahun Anggaran 2022 di Rumah Makan Sari Rasa Wonosobo.

Harga Stabil

blank
Wakil Bupati Wonosobo, M Albar. Foto : SB/Muharno Zarka

Menurut Gus Albar, perlunya dilakukan kerjasama dan pembinaan yang menyeluruh, terutama memperdalam jenis variasi tanaman bagi petani. Sehingga ke depan Wonosobo tak terpaku pada satu jenis produksi tanaman saja.

Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (Dispaperkan) Dwiyama Setyani Budyayu menyampaikan, melalui Bimtek tersebut, peserta akan diberikan pembekalan materi tentang GAP yang baik serta kemitraan.

“Diversifikasi pada lahan tembakau dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan di luar tanaman tembakau. Selain itu, Jika akan bermitra dengan pengusaha maka sejak awal hingga panen akan mendapatkan pembinaan khusus,” katanya.

Dia mengatakan alasan dipilihnya tanaman kopi dan alpukat adalah agar petani memperoleh pendapatan lain di luar tembakau. Mengingat harga komoditas ini lebih stabil dibandingkan dengan tembakau yang harganya sering fluktuatif.

“Selain itu, juga untuk konservasi di daerah miring, saya harap dalam jangka pendek petani mampu memahami bagaimana merawat dan memelihara tanaman sehingga akan diperluas kepada petani lainnya,” tandasnya.

Muharno Zarka