Anak berkebutuhan khusus menunjukkan kemampuan terbaiknya di Borobudur, hari ini. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Olahraga bersepeda, Tour de Borobudur (TdB) 2022, merupakan kegiatan terbesar usai pandemi Covid-19. Anak berkebutuhan khusus (ABK) ikut berpartisipasi dalam merancang jersey (kaos) keren peserta balap sepeda, hari ini (Minggu 6 November 2022)

Gubernur Ganjar Pranowo ketika diwawancarai hari ini mengatakan, sengaja mengajak anak berkebutuhan khusus dengan dibantu beberapa perusahaan garmen yang kemudian mau memproduksi. Anak -anak itu pernah ditampilkan saat melaunching jersey Tour de Borobudur. Menurutnya anak-anak yang berkebutuhan khusus perlu mendapatkan ruang.

Menurut penilaian dia,
desainnya tidak kalah, kalau kita membuat baju, jaket, atau topi.
“Salah satu karya mereka tulisan Borobudur ini,” katanya sambil menunjukkan tulisan di topi yang dipakainya.

Kata Ganjar, ternyata ketika mereka bisa berkarya di seni, banyak ruang yang bisa diberikan.
“Saya tidak paham, tidak mengerti, kenapa tadi anaknya teriak-teriak. Dia ternyata bertanya Pak Ganjar mana. Ketika melihat saya dia histeris,” tuturnya.

Maka, harapnya, kita harus bisa memahami mereka. Ketika mereka diberi ruang untuk berekspresi, karyanya ternyata hebat.

Kalau diajak terlibat di event seperti itu mereka jadi senang. “Bangga dong, kita bisa menampilkan anak-anak berkebutuhan khusus dan mereka bisa memberikan karya yang bisa ditonton, dibeli, dan dipakai,” katanya.

Dia berharap dengan cara seperti itu akan banyak orang yang datang kepada anak berkebutuhan khusus,
sehingga hidupnya akan lebih berarti.

Sisi lain, saat ditanya tentang agenda akhir tahun, dia ingin mendorong lagi. Tetapi, diingatkan, harus berhati-hati. Karena pandemi terus meningkat.

Hasil pantauan dia dari sisi kesehatan masyarakat tidak semengerikan seperti masa pandemi lalu. “Kita genjot vaksin boosternya. Sempat kosong. Kalau bisa dimenej, maka akan ditingkatkan pariwisatanya,” katanya.

Tak terkecuali pada saat pergantian tahun, kalau situasinya mengizinkan akan diizinkan. Tetapi kalau situasinya tidak memungkinkan akan dibatasi dengan berbagai cara, yang penting orang bisa melaksanakan. Karena dari sisi ekonomi bisa meningkat.

Founder Zoleha, Irene Ridjab. Foto: eko

Tentang anak berkebutuhan khusus yang dilibatkan di Tour de Borobudur tahun ini tak lepas dari peran Zoleka. Itu adalah tempat pemberdayaan anak kebutuhan khusus, sekaligus menjadi jembatan untuk memperkenalkan karya mereka kepada pasar.

Founder Zoleka, yakni Irene Ridjab, menuturkan, anak- anak berkebutuhan khusus yang terlibat adalah Anya, Darrian, Davin, Jordan, Jose, Latisha, Marthen, Nicholas, Oline dan Vina. Mereka itu yang merancang artwork dengan indah yang disematkan pada jersey peserta Tour de Borobudur. Tidak hanya jersey peserta, tetapi ada juga merchandise- merchandise TdB 2022 yang artworknya diilustrasikan oleh anak kebutuhan khusus itu.

Irene Ridjab merasa sangat bersyukur dan berterima kasih atas kesempatan dan support yang diberikan oleh panitia TdB 2022 maupun Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, terhadap Zoleka bersama anak-anak berkebutuhan khusus. Untuk tampil di acara bergengsi yang bertaraf international.

“Anak-anak berkebutuhan khusus ini dan keluarganya juga sangat berterima kasih atas kesempatan ini, sehingga mereka mendapat ruang untuk bisa tampil, menunjukkan karya maupun keahlian yang mereka miliki, walaupun dengan keterbatasan mereka,” tuturnya.

Dikatakan, Zoleka dan Tour de Borobudur 2022 berharap dengan adanya kolaborasi bersama anak kebutuhan khusus itu dapat membangun kepedulian masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan khusus yang selama ini hanya dilihat sebelah mata dan kurang beruntung. Sesuai dengan kampanye yang diusung Zoleka, yaitu: Bangga mereka berdaya, sebagai bentuk dukungan kita agar para anak berkebutuhan khusus berdaya,” imbuhnya.

Harapannya mereka bisa berkarya secara produktif, berdaya, dan diterima oleh masyarakat.

Dituturkan pula, walau ABK punya keterbatasan, bukan berarti mereka tidak mampu. Dia ingin menonjolkan kepada masyarakat, bahwa ABK bisa berdaya, walau punya keterbatasan. “Anak-anak ini bisa berkarya walau terbatas,” katanya.

Dengan cara itu dia ingin bisa mematahkan stigma negatif masyarakat. Misalnya saja ada istri yang ditinggal suami karena anaknya punya keterbatasan.

Dijelaskan, hasil produksi mereka dijual secara online. Sedangkan toko dia ada di Bandung. “Dengan kesempatan ini saya sangat mengapresiasi. Gubernur cukup peduli,” katanya.

Anak berkebutuhan khusus, Latisha, asal Bandung hari ini di lokasi transit peserta Tour de Borobudur diberi kesempatan memeragakan kemampuannya untuk menggambar. Lainnya, Marthen (15) hari ini menggambar Candi Borobudur. Anak tersebut pernah mendapat penghargaan darinpemerintah Cekoslowakia atas karya gambarnya.

Eko Priyono