blank
Wakil Ketua DPRD Jepara, Drs H. Junarso saat mengunjungi lokasi kerusakan pantai Bondo blok Kropak. Latar belakang adalah pantai yang telah hilang sepanjang 150 m lebih (Foto: Hadepe)

JEPARA (SUARABARU.ID) –  Kerusakan pantai Bondo di  blok Kropak sepanjang hampir 1,2 km membuat Wakil Ketua DPRD Jepara Drs H. Junarso prihatin. Pasalnya kerusakan pantai tersebut bukan hanya membuat areal pertanian seluas 100 ha menjadi  puso, tetapi lingkungan pemukiman penduduk juga terancam.

“Harusnya dengan kondisi seperti ini cepat ditangani. Sebab 150  meter bibir pantai sudah jebol hingga air laut jika rob masuk dan menggenangi areal persawahan karena tidak ada lagi pembatas. Sementara sekitar 1.000 meter kondisi pantai sangat-sangat kritis,”  ujar H.Junarso saat mengunjungi lokasi  di blok Kropak, Dukuh Margokerto, Bondo, Jepara Sabtu (15/10-2022).

Wakil Ketua DPRD dari PDI Perjuangan ini meminta Pemkab Jepara dan PLTU Tanjung Jati B untuk segera melakukan koordinasi. “ Sebab menurut keterangan  warga setempat kerusakan diduga juga akibat dampak perubahan arus gelombang yang ditimbulkan karena  pembangunan  PLTU Tanjung Jati B. Bukan semata-mata karena rob. Karena itu penggunaan dana CSR PLTU Tanjung Jati B sangat relevan,” ujar Junarso.

blank
Wakil Ketua DPRD Jepara Drs H. Junarso saat bertemu petani dan warga di lokasi pantai yang rusak (Foto: Hadepe)

Menurut Junarso,  lokasi kerusakan yang terjadi di dekat PLTU Tanjung Jati B  ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Sebab yang akan dirugikan adalah warga sekitar dan juga kerusakan lingkungan.  “Karena itu bibir pantai yang ombol sepanjang kurang lebih 150 meter harus menjadi prioritas sebelum musim penghujan tiba,” ungkapnya.

Ia berjanji akan segera menyampaikan hasil kunjungan dan keluhan warga ini kepada Pj Bupati Jepara. “Harapan kami segera ada tindak lanjut untuk perbaikan,” ujarnya.

Sementara menurut Sudi Siswanto, tokoh masyarakat dukuh Margokerto yang menemui Junarso bersama sejumlah warga menuturkan  kerusakan pantai bukan semata-mata akibat rob yang terjadi bulan Juli dan Agustus lalu. “ Sejak 10 tahun terakhir ini telah terjadi abrasi yang terus menerus. Paling tidak 30 meter lebih tanah yang telah berubah menjadi lautan sepanjang 1 km lebih,” tuturnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Nuriharjo, petani dan juga salah satu  Ketua RW di dukuh Margokerto. “Jika tidak segera dilakukan perbaikan, maka air laut akan terus masuk ke areal sawah pada musim penghuan nanti. Sebab  terjadinya gelombang tinggi dan juga saat rob,” ujarnya.

Menurut Nuriharjo, yang  membahayakan, jika  air laut sudah sampai pemukiman, dikawatirkan saat kemarau tiba akan terjadi intrusi air laut yang masuk ke sumur penduduk.

Hadepe