blank

SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Solo menggelar Sosialisasi Local Currency Settlement (LCS) kepada pengusaha yang bergerak di bidang ekspor-impor.

Kegiatan yang dikemas dengan tema “Bincang Santai Pemanfaatan Local Currency Settlement (LCS) untuk Meningkatkan Efisiensi Ekspor-Impor Wilayah Solo Raya” dibuka Kepala Perwakilan BI Solo Nugroho Joko Prastowo, Kamis (13/10/2022).

Local Currency Settlement , kata Kepala Perwakilan BI Solo ketika ditemui di sela acara, merupakan inisiatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang hard currencies (terutama USD) dengan mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan dan investasi.

Sekaligus meningkatkan resiliensi pasar keuangan Indonesia. Sesuai data 94 persen penyelesaian transaksi ekspor–impor menggunakan mata uang dollar amerika.

Sementara hubungan langsung dengan Amerika yang menggunakan dollar itu, ekspornya hanya 10 persen dan impornya lima persen.

Secara bilateral dengan negara lain selain Amerika, bisa didorong penggunaan mata uang lokal. Melalui cara ini , secara mikro perusahaan lebih efisien karena tidak perlu adanya cross mata uang.

Sebagai gambaran perdagangan Indonesia-Jepang dengan sistem bilateral cukup dari rupiah ke Yen tanpa harus ke US dollar dulu.

Sebaliknya bila menggunakan US dollar akan lebih mahal, sebagaimana skema Rupiah-US Dollar- Yen.

Dalam cara ini ada double convention mata uang yang membuat tidak efisien bagi pelaku ekspor- impor.

Dengan menggunakan LCS secara makro kebutuhan akan US dollar berkurang, sehingga meningkatkan kestabilan rupiah.

Saat ini sudah empat negara yakni China, Jepang, Thailand dan Malaysia yang sepakat dengan Indonesia memanfaatkan LCS.

Sedangkan untuk Singapura sudah diplot meski belum full implemented dan tidak lama lagi Filipina. Saat iini juga tengah dirintis penerapan LCS dengan Saudi Arabia.

“Pokoknya dengan negara yang hubungan ekspor –impornya dengan Indonesia nilainya besar kita dorong penerapan LCS. Sebagai gambaran perdagangan Indonesia dengan China, Jepang, Thailand dan Malaysia mencapai sekitar 40 persen dari total impor dan ekspor,” terang Nugroho Joko Prastowo.

Nugroho Joko Prastowo menambahkan, upaya mendorong penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional, perundingan secara bilateral telah dimulai sejak tahun 2017.

Secara pasti dari tahun ke tahun jumlahnya semakin bertambah.
Bagus Adji