SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pemimpin, ditinjau dari aspek literal adalah seorang yang memiliki kecakapan dalam memimpin atau bisa mempengaruhi orang lain.
Bahkan disebut, pemimpin itu dipercaya oleh kelompoknya untuk menjadi pemegang keputusan, atau mewakili aspirasi untuk mencapai suatu tujuan dalam kelompok tersebut.
Menurut Rizza Bakhrul Zakki, mahasiswa ekonomi Unnes mengatakan, dalam setiap kelompok (organisasi), setiap pemimpin memiliki ide, keinginan dan maksud yang berbeda-beda. Untuk mengumpulkan dan mengolah keberagaman mindset, pola pikir, dan wawasan tersebut, diperlukan sebuah arahan dari pemimpin.
Seperti disebutkan Dr. Daswati. Msi (penulis karya ilmiah 2012), untuk mempengaruhi sumber daya anggota ke arah pencapaian tujuan, tidak semudah apa yang dibayangkan. Karena, sumber daya anggota memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan gaya kepemimpinan seorang pemimpin untuk menggerakkannya.
Dengan demikian seorang pemimpin secara naluriah akan menanggung beban besar berkenaan dengan maju tidaknya kelompok yang dipimpinnya.
Ia secara sadar atau tidak akan memiliki tanggung jawab lebih besar ketimbang anggota atau orang biasa pada umumnya. Seorang pemimpin juga harus memiliki kecakapan manajerial yang mumpuni untuk membagi tugas kepada masing-masing anggota, karena ia tidak akan mampu menyelesaikan seluruh tugas untuk mewujudkan visi dan misi kelompoknya.
Untuk itulah pemimpin membutuhkan anggota-anggotanya yang digerakkan sedemikian rupa, agar mampu berkontribusi pada organisasi, terutama dalam cara bekerja efektif, efisien, ekonomis, dan produktif.
Begitupun kepemimpinan dalam ranah himpunan mahasiswa juga memiliki maksud dan tujuan yang serupa. Bagaimana seorang pemimpin mahasiswa bisa memandu anggota di organisasinya mencapai visi dan misi secara optimal.
Lantas, di era digital kali ini, apakah seorang pemimpin membutuhkan wawasan dan literasi digital? Jawabannya tentu dibutuhkan. Seorang pemimpin harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Hal ini penting dilakukan agar ia tidak ketinggalan dan digilas oleh kemajuan itu sendiri. Teknologi digital sekarang telah digunakan sebagai sarana komunikasi dan informasi yang diakses oleh generasi muda setiap harinya. Sehingga mau tidak mau seorang pemimpin mahasiswa harus mengasai literasi digital, guna menunjang kepemimpinannya.
Teknologi digital akan berguna dengan baik apabila dimanfaatkan oleh orang yang menggunakannya. Apakah teknologi tersebut mampu membawa dampak baik bagi organisasi atau tidak, semua itu sangat bergantung pada orang-orang yang ada di dalamnya.
Sudah seharusnya seorang pemimpin harus melek digital agar mampu memanfaatkan perkembangan teknologi secara optimal, sesuai tujuan dan visi organisasi.
Rizza menyebut, kolaborasi antara kepemimpinan dengan teknologi digital itu sendiri menghasilkan istilah digital leadership.
Di mana kriteria seorang digital leadership harus memiliki wawasan terhadap teknologi digital, terutama dalam beberapa aspek, yakni komunikasi digital, manajemen dan analisis data digital, pemahaman strategi, visi dan marketing digital, resolusi konflik hingga inovasi dan problem solving dan penanggulangan resiko.
Ketika pemimpin mahasiswa memiliki kapabilitas di dalam hal tersebut, maka di masa depannya ia akan menjadi representasi seorang digital leadership yang layak menjadi pemimpin di organisasi yang lebih besar atau bahkan mampu menjadi pemimpin daerah maupun perusahaan.
Artinya, pengetahuan digital saat ini sangat urgen dimiliki oleh setiap pemimpin.
Ning Suparningsih