JEPARA (SUARABARU.ID) – Kirab budaya dalam rangka haul dan buka luwur di makam Ibu Mas Semangkin, di Desa Mayong Lor berlangsung semarak Selasa (9/8-2022). Kirab budaya yang di ikuti Karang Taruna, Banser, RT /RW Desa Mayong Lor. Kirab Keliling Desa dimulai dari Balai desa.
Sebelum itu para pangombyong membawa luwur berangkat dari Padepokan Keramik Modin menuju Balai Desa. Luwur diserahkan kepada Petinggi Mayong Lor Budi Agus Trianto yang kemudian dikirab. Buka luwur dilakukan oleh Ketua DPRD, Camat Mayong, DAN Petinggi Mayong Lor.
Acara tersebut dihadiri pula Ketua DPRD Kab.Jepara, Haizul Maarif, Anggota DPRD Jawa Tengah Andang Wahyu Triyanto, anggota DPRD Jepara Sutrisno, Camat Mayong Muhammad Subkhan, perwakilan dari Sunan Prawoto dan perwakilan Sunan Kalijaga Kadilangu,
Malam ini dalam rangka haul dan peringatan HUT KE-77 Proklamasi RI diselenggarakan pengajian akbar dengan menghadirkan KH Zamroni Amin yang dimeriahkan oleh Shofa Marwa Albandari “Terbang Tikus Piti”
Konon Raden Ayu Mas Semangkin, yang kemudian lebih dikenal Ibu Mas atau bergelar Ratu Mas Kagaluhan adalah puteri kedua dari Pangeran Haryo Bagus Mukmin atau Sunan Prawoto. Karena itu ia adalah cucu dari Sultan Trenggono dan cicit dari Raden Patah. Pada saat kelahiran Semangkin di kerajaan Demak Bintoro sedang terjadi kemelut politik disebabkan wafatnya Sultan Trenggono (1546 M).
Suksesi pergantian kemimpinan pasca wafatnya Sultan Trenggono tidak dapat berjalan mulus dikarenakan terjadi konflik di kerajaan Demak Bintoro. Karena itu Semangkin diberi gelar juga sebagai Ratu Mas Kagaluhan yang artinya galau atau was-was akibat ancaman dari Aryo Penangsang. Kecemasan itu terbukti, akhirnya Sunan Prawoto dan istrinya tewas dibunuh oleh orang suruhan Aryo Penangsang.
Setelah Sunan Prawoto dan istrinya wafat dibunuh oleh suruhan Arya Penangsang yang bernama Rungkut kehidupan keluarganya tidak tentram karena selalu mendapatkan ancaman dan teror dari para pengikut Arya Penangsang. Kondisi inilah yang menyebabkan Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadirin berusaha untuk menyelamatkan keluarga Sunan Prawoto yang tidak lain kakak kandungnya. Maka Semangkin dan kakaknya, Prihatin diangkat sebagai anak Ratu Kalinyamat dan dipindahkan ke keraton Kalinyamat.
Setelah remaja, kedua putri sunan Prawoto dilatih olah kanugaran oleh para tamtama kerajaan sehingga keduanya memiliki ilmu beladiri yang cukup tinggi dan tanpa pilih tanding. Semangkin yang telah tumbuh menjadi seorang dewasa sangat giat berlatih dan tekun belajar dibawah bimbingan bibinya Ratu Kalinyamat. Selain belajar ilmu kanuragan dia juga mempelajari ilmu-ilmu agama Islam serta ilmu-ilmu batin untuk menempa dirinya.
Karena kemampuannya ini Semangkin dan Prihatin kemudian dijadikan salah satu senopati putri dari kerajaan Jepara yang dikenal sangat perkasa. Konon ia turut dalam penyerangan ke Malaka. Keduanya kemudian diperistri Raden Sutowijoyo yang telah berhasil membunuh Arya Penangsang. Ia kemudian menjadi senopati perang. Semangkin dikenal sebagai Senopati pilih tanding yang sangat di takuti oleh lawannya.
Setelah pengangkatan dirinya menjadi Raja Mataram mendapat banyak tantangan, lebih-lebih oleh karena segera menunjukkan politik ekspansinya terjadilah pemberontakan-pemberontakan. Mendengar berita tentang keadaan yang sangat merisaukan dan membahayakan Kesultanan Mataram ini, maka Semangkin sebagai salah satu dari Senopati putri terpanggil hatinya turut menyelesaikan berbagai macam permasalah yang menyangkut keamanan diwilayah lereng pegunungan Muria. Sebab Semangkin merasa berhutang budi dengan masyarakat diwilayah Jepara karena bertahun-tahun ia hidup dan dibesarkan di istana Kalinyamatan.
Karena itu Semangkin memohon ijin untuk ikut menumpas pemberontakan tersebut. Sultan akhirnya merestui dan mengijinkan untuk turut menumpas huru-hara dan kraman di Pati. Setelah mendapatkan ijin dan restu dari Sultan Mataram maka Semangkin pergi ketengah-tengah pelagan dengan didampingi dua orang tamtama perang yang sakti mandra guna yakni Ki Brojo Pangingtaan dan Ki Tanujayan.
Selain rombongan prajurit dan Semangkin, panembahan Senopati juga mengirimkan empat perwira terbaiknya guna membantu Semangkin yang dikhususkan untuk menumpas pemberontakan Bupati Pati, Wasis Joyo Kusumo. Bupati Pati dikenal sebagai salah satu seorang yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi dan daya kesaktian yang menakjubkan serta memiliki pusaka Kere Wojo rampasan dari Baron Sekeber.
Keempat perwira masing-masing Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Amoh, Kanjeng Tumenggung Roro Meladi, Kajeng Raden Tumenggung Candang Lawe dan Raden Sembrono. Keempat perwira beserta para prajurit setelah mendapatkan tugas dan restu dari Kanjeng Sultan kemudian segera berangkat ke medan perang.
Berkat kerjasama pasukan Semangkin dan Tumenggung Sukolilo beserta para prajuritnya maka Adipati Pati, Wasis Joyo Kusumo dapat dikalahkan. Kemudian keempat perwira tersebut memutuskan untuk menetap dan membangun Desa Sukolilo dan sekitarnya. Sedangkan Semangkin menuju Bumi Kalinyamatan. Ia ingin menjaga Bumi Kalinymatan dari para perusuh dan pengikut setia Arya Penangsang yang masih saja membuat kerusuhan hingga rakyat tidak tenteram.
Ingin menjaga Bumi Kalinyamatan, Raden Mas Ayu Semangkin tidak kembali ke Mataram. Ia minta ijin kepada Danang Sutowijoyo untuk membuka hutan di pinggir dipintu masuk Bumi Kalinyamatan, sebagai tempat tinggal mereka. Ia ingin membentengi Bumi Kalinyamatan dari gerombolan perusuh. Ia kemudian membuka dan mengembangkan desa Mayong hingga akhir hayatnya.
Hadepe