SEMARANG (SUARABARU.ID) – Setelah dilanda kisruh soal kelangkaan minyak goreng, beberapa hari belakangan ini masyarakat mulai mengalami kelangkaan BBM jenis biosolar. Berawal dari Sumatera kemudian Kalimantan dan Sulawesi, hingga merambat ke Jawa.
Menurut Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng & DIY, Bambang Widjanarko, saat ini di bagian timur Pulau Jawa mulai terjadi antrean panjang biosolar hingga mengakibatkan kemacetan di jalan yang disebabkan keterlambatan aktivitas pengiriman barang.
Bambang mengatakan, beredarnya video adanya kelangkaan biosolar dimana-mana membuat BPH Migas berkelit, jika sebenarnya stok biosolar saat ini cukup untuk 21 hari kedepan.
“Tapi jika kenyataan di lapangan ada kekurangan pasokan biosolar, berarti kan ada sistem yang salah dalam pendistribusiannya. Nah, kenapa selalu ada kesalahan dan pembelaan seperti ini terulang dari waktu ke waktu, seolah tidak ada upaya untuk memperbaikinya,” ujar Bambang kepada SUARABARU.ID, Senin (28/3/2022).
Menurutnya, jika stok memenuhi, mengapa harus selalu terjadi kekisruhan dan ada pembatasan penjualan biosolar. “Keterangan BPH Migas bahwa stok biosolar sebenarnya cukup untuk 21 hari kedepan sangat menyakitkan bagi orang yang sedang kesulitan mengantre, jika ada barangnya mengapa harus ditimbun dan tidak dijual,” keluh Bambang.
Bambang mengatakan, armada truk sering mengalami kesulitan jika pembelian biosolar dibatasi, karena jarak tempuh truk kebanyakan adalah antar kota antar provinsi (AKAP), atau bahkan antar pulau.
Dia menilai semua ini adalah akibat ketidak becusan BPH Migas dalam mengatur distribusi biosolar. “SPBU sebagai pelaksana penjualan terpaksa harus sering mendapatkan komplain dan caci maki dari para pembeli,” tandasnya.
“Ini dikarenakan pembeli tidak puas dengan adanya pembatasan penjualan biosolar, yang terpaksa mereka terapkan dalam rangka menciptakan keadilan sosial bagi seluruh pembelinya,” pungkas dia.
Ning