KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID)-Dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat, kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat Terpadu (KKN PPMT) Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) mendorong warga Banyusari, Kecamatan Tegalrejo, untuk mengoptimalkan kembali usaha budidaya lele (penyediaan bibit lele). Kelompok mahasiswa memilih budidaya lele itu lantaran perawatannya yang cukup mudah serta prospeknya yang menjanjikan. Namun belakangan ini dinilai mulai melemah.
Pihak yang terlibat terdiri dosen pembimbing Dr Rochiyati Murniningsih SE MP (Manajemen), dengan lima mahasiswa Rizki Ar Raafi Prayoga, Adnan Zidan, Bryan Diwaputra Krisnanto (prodi Teknik Industri) dan Ayu Pramestia Larasati, Fisna Vara Diva (Prodi PGSD).
Dosen pembimbing, Dr Rochiyati Murniningsih SE MP hari ini menyebutkan, pendampingan itu dilakukan sejak awal Januari lalu. Semula ada 26 pelaku usaha budidaya lele di Desa Banyusari. Namun karena beberapa kendala, jumlah peternak lele semakin menurun. Penurunannya disebabkan banyak aspek, baik kepasitas SDM, keinginan bekerja ke luar desa (sebagai buruh pabrik), kesulitan modal, penanganan budidaya yang masih konvensional, juga kendala hama.
Padahal sebenarnya budidaya lele di Desa Banyusari sebagai sebuah peluang usaha bagi masyarakat. Lele merupakan jenis ikan darat yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Budidaya lele dapat dilakukan dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Lokasi pembudidayaannya juga dapat dilakukan di dataran rendah maupun tinggi. Prospek usaha budidaya lele sangat baik untuk dijalankan, karena pasarnya terbuka lebar, terutama di perkotaan.
“Untuk dapat melaksanakan kegiatan budidaya tersebut, tentu harus didukung oleh sumber daya yang tersedia, sehingga masyarakat dapat berpikir untuk mengembangkan usaha tersebut,” katanya.
Dari hasil observasi, lanjutnya, diketahui bahwa kondisi geografis Desa Banyusari sangat mendukung budidaya lele atau pengadaan bibit ikan lele, juga akses pemasaran dari hasil pembibitan lele sudah menunjukkan rantai pasok (supply chain) yang pasti. Namun karena kelemahan dalam kelembagaan dan dampak pandemi Covid-19 membuat penurunan jumlah peternak lele. Dari sisi kelembagaan, masyarakat harus diberi pemahaman pentingnya kelembagaan kelompok masyarakat. Bisa paguyuban, kelompok, maupun koperasi, sehingga posisi peternak semakin kuat dan punya daya tawar.
Lebih jauh dijelaskan, KKN PPMT itu memungkinkan terjadinya proses transfer materi untuk dapat menangani berbagai permasalahan, termasuk masalah produksi dan manajemen. Agar potensi kerugian dalam berusaha sangat kecil, maka peternak perlu diberi pemahaman supaya mampu mendeteksi masalah harga di pasar.
Namun, lanjutnya, karena situasi sekarang yang pandemi Corona Virus Disease (Covid- 19), maka denyut nadi perekonomian masyarakat terganggu. Yakni, masih terbatasnya modal yang dimiliki pembudidaya untuk memulai usaha budidaya lele, sarana dan prasarana yang terbatas, pengetahuan, teknologi dan inovasi serta tingkat kreativitas dalam memanfaatkan secara efesien lahan untuk pembudidayaan lele. Lalu, kebiasaan atau pola pikir yang ada pada masyarakat sangat sulit untuk diubah, serta kurang tanggap terhadap berbagai perubahan, terutama dalam alih teknologi dan inovasi. Pendidikan formal masyarakat sebagian besar masih sangat rendah, sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki seseorang. “Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tanggap terhadap perubahan yang terjadi. Begitu juga sebaliknya, sehingga pembudidaya dapat menangkap dengan cepat berbagai informasi yang penting bagi pengembangan ekonomi masyarakat, termasuk budidaya lele,” katanya.
Sejalan dengan itu mahasiswa mencoba membangun komunikasi dan kerja sama dengan masyarakat, agar dapat menumbuhkan motivasi yang dimiliki peternak untuk memulai usaha budidaya ikan lele, sehingga mengajak masyarakat umum untuk ikut bekerja sama dalam tim pengabdian masyarakat dalam rangka mempelajari alih teknologi dan inovasi dalam bidang usaha ternak ikan lele dalam rangka peningkatan produksi ikan lele yang berpengaruh kepada pendapatan dan kesejahteraan keluarga. “Masih rendahnya motivasi yang dimiliki pembudidaya untuk konsisten usaha budidaya lele, sehingga tim KKN PPMT Unimma memotivasi dengan memberikan pelatihan dan sosialisasi kepada peternak agar menjalankan usaha tersebut, sehingga nantinya menjadi lebih mandiri ke arah peningkatan hasil produksi lele,” jelasnya.
Dikatakan, program itu mendapat sambutan hangat dari perangkat desa maupun warga setempat. Mereka mengharapkan dilakukan kegiatan lanjutan. Karena manfaatnya bisa dirasakan oleh warga.
Eko Priyono