WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Keberadaan para peternak domba khas Wonosobo (Dombos) selama ini masih cenderung kurang dilirik kalangan perbankan.
Alhasil, usaha budidaya ternak domba yang banyak diambil bulunya sebagai bahan baku kain kualitas ekspor tersebut seolah jalan di tempat.
Memahami kondisi itu, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Wonosobo berupaya mendorong agar para peternak dombos mulai bertransformasi ke arah usaha yang lebih profesional.
Sehingga ke depan mereka dapat berdampingan dengan kalangan perbankan untuk pengembangan usahanya. Usaha peternakan dombos pun semakin maju dan berkembang.
Menggandengan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, upaya tersebut mulai diwujudkan, dengan tahap awalnya mengajak para peternak dombos mengikuti Program Matching Fund.
“Program ini mengawali upaya kami untuk mendorong para peternak dombos agar memiliki manajemen ala perusahaan. Seberapapun jumlah ternaknya, harus ada pembukuan yang rapi dan perhitungan akuntansi yang jelas,” terang Ketua HKTI Wonosobo, Agus Wibowo.
Para peternak dombos di Wonosobo, disebut Agus, memiliki potensi besar untuk mendukung sektor ekonomi kreatif yang nantinya bakal menjadi salah satu produk unggulan khas Daerah.
“Sebenarnya awal dari ide mengajak para peternak dombos ini adalah karena kebetulan saya mendapat tugas untuk menggali apa saja potensi kreatif yang nantinya akan diangkat sebagai produk unggulan Wonosobo,” jelas Agus yang juga Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat tersebut.
Wonosobo yang saat ini juga telah memiliki kerajinan batik khas, diakui Agus, harus bersaing ketat dengan daerah lain seperti Jogja, Pekalongan maupun Solo yang telah lebih dulu dikenal pasar.
Industri Fashion
Karena itulah, pihaknya berupaya agar produk fashion dari Wonosobo benar-benar memiliki kekhasan dan berbeda dengan banyak Daerah lainnya.
“Salah satu yang bisa diangkat adalah produk fashion berbahan dasar kain yang berasal dari bulu bombos ini yang bisa didapat dari peternak kambing dombos setempat,” lanjutnya.
Dengan telah memiliki bekal pengelolaan ternak ala perusahaan, Agus berharap, para peternak dombos akan mampu menggenjot jumlah ternaknya.
Sehingga saat industri fashion bergulir dan membutuhkan bahan dasar dalam jumlah banyak, tidak akan terkendala minimnya bulu Dombos.
“Pengembangan usaha yang tidak disertai modal tentu sulit, maka dari itu kita coba agar mereka nantinya dapat mengakses permodalan melalui perbankan, dan siap dengan persyaratan dasar seperti pembukuan maupun akuntansinya.” tandas Agus.
Keinginan HKTI dan FE Unissula tersebut disambut apresiasi oleh Wakil Bupati Wonosobo M Albar. Peternakan dombos harus terus dikembangkan dengan menggandeng steakholder terkait.
Pihaknya mengaku gembira HKTI berinisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui pengembangan ternak Dombos, mengingat hal itu sejalan dengan cita-cita pemerintah untuk mewujudkan kemandirian daerah.
Wabup menilai diibutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni, tangguh, dan cerdas agar tercapai efektifitas dalam berbudidaya sehingga dihasilkan produk hasil ternak yang efisien dan berdaya saing di tingkat global.
“Untuk itu, langkah regenerasi peternak juga amat diperlukan agar para milenial, sebagai pemegang tampuk keberlanjutan usaha peternakan di masa-masa mendatang juga segera berkiprah mendukung upaya mulia ini,” pungkasnya.
Muharno Zarka