”Kami bersama keluarga datang dari Bandung,” tutur Dadang. Pria berusia 50 tahun yang tinggal di Kota Kembang yang terkenal dengan sebutan ‘Paris Van Java’ ini, menyatakan, tertarik dengan pemandangan Pantai Teleng Ria. Bersamaan dengan acara mudik silaturahmi halalbihalal Hari Raya Lebaran Idul Fitroi 1439 H, Dadang bersama istri dan anak-anaknya, menyempatkan berekreasi ke Pantai Teleng Ria.
Memiliki garis horizon eksotis yang memanjang 2,5 Kilometer, Pantai Teleng Ria membentang dari Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Pantai Tamperan ke arah timur. Pemkab Pacitan, Jatim, membakukan kawasan seluas 4 Ha bibir Samodera Indonesia yang dikepung oleh perbukitan Gunung Limo di sisi depan bagian kiri dan kannya tersebut, menjadi Beach Resort sebagai pusat destinasi wisata bahari..
Bibir pantainya landai berpasir lembut, para wisatawan dapat bermain air laut dan belajar surfing dengan pengawasaan petugas Life Guard atau penjaga pantai. Di Kampoeng Cemara, pelancong dapat duduk-duduk santai menikmati semilir angin laut yang konon dapat untuk pengobatan enyakit asma. Juga dapat menyaksikan nelayan yang berlabuh setelah mencari ikan. Para pelancong, juga dapat menikmati aneka kuliner di resto tepi pantai, dan anak-anak dapat bermain di Kampoeng Air atau Water Park Teleng Ria.
Juga banyak tersedia lapak penjualan batu akik. Belasan pedagang batu akik, menjajakan aneka komoditas batu mulia, termasuk akik jenis Red Baron dan batu akik bergambar yang menjadi batu akik khas Pacitan. ”Ini dulu harganya biasa Rp 2 juta, tapi sekarang karena tidak lagi musim akik, harganya cukup Rp 200 ribu saja,” tutur Atmo, penjaja dan sekaligus pengrajin batu akik di Pantai Teleng Ria.
Akhir Tahun 2017 lalu Pantai Teleng Ria dilanda banjir, dampaknya menjadikan kondisi bibir pantai mengalami perubahan karena tergerus air banjir yang meluap dari Sungai Grindulu. Banjir telah merubah kontur (contour) bibir pantai, hamparan tanah pantai yang dulu dijadikan lahan parkir, kini berubah menjadi cekungan memanjang berair yang menjadi penghalang pengunjung mendekat ke bibir pantai.
Cekungan bekas gerusan arus banjir tersebut, bagai membentuk alur sungai baru sedalam 2 meter, lebar 10 meter dan panjang sekitar 500 meter. Pihak pengelola membangun jembatan senggol berkerangka kayu dan titian bambu. Sisa banjir masih membekaskan adanya tonggak-toggak pohon besar berserakan di kawasan pantai, meski upaya membersihkannya telah berulangkali dilakukan.(suarabaru.id/bp)