blank
Mbah Sijum (kedua dari kanan) menerima bantuan dana pemugaran rumah Rp 10 juta dari Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji.(Foto:Humas Pacitan)
PACITAN (SUARABARU.ID) – Nenek Sijum (75), penghuni Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu), menolak pindah dan memilih tetap tinggal di tengah sawah.

Lansia Dusun Ngasem, Desa Kebonsari, Kecamatan Punung, Pacitan ini, sontak terperangah saat memperoleh penjelasan kedatangan Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji.

Orang nomor satu di Pacitan tersebut, datang ke rumahnya untuk memberikan bantuan dana pemugaran rumahnya Rp 10 juta dan bantuan sembako.

”Mbah, niki sing rawuh Pak Bupati Pacitan (Nenek, ini yang datang Pak Bupati Pacitan),” jelas Kepala Desa (Kades) Kebonsari, Suprapno.

Tak Pernah Mimpi


Mendapat kunjungan tamu istimewa yang tak pernah ia mimpikan, Mbah Sijum buru-buru mematut diri dengan membetulkan kerundungnya.

Dia tergopoh-gopoh memberikan hormat dan mengucapkan salam. ”Sugeng rawuh Pak Bupati, wonten menapa kok tebih-tebih tindak mriki (Selamat datang Pak Bupati, ada apa kok jauh-jauh datang ke sini) ?,” ujarnya lugas.

Bupati yang akrab dengan panggilan Mas Aji ini, mengutarakan maksud kedatangannya, yakni untuk memberikan bantuan dana pemugaran rumah Rp 10 juta dan bantuan sembako.

Dengan harapan, dapat segera untuk merenovasi rumahnya yang tidak layak huni.
blank
Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji (depan) bersama rombongan, menapaki jalan setapak dan pematang sawah, untuk mengunjungi rumah Mbah Sijum.(Foto: Humas Pacitan).

Humas Pemkab Pacitan, mengabarkan, rumah Nenek Sijum masuk kategori Rutilahu. Berukuran 5 X 4 Meter (M), berdinding anyaman bambu dan sebagian ditempel papan.

Ternak Kambing


Lantai rumah masih tanah. Di rumah ini, Nenek Sijum hidup bersama anak perempuannya serta seorang cucu. Juga berbagi ruang dengan ternak kambing piaraannya.

Renovasi rumahnya akan melibatkan Pemerintah Desa setempat. Kepadanya mendapatkan tawaran pindah ke dekat dengan jalan utama.

Sebab, lokasi rumahnya berada di tengah areal persawahan. Untuk menuju kesana, harus menuruni jalan tanah serta melewati pematang sawah.

Dia menolak relokasi, karena tak ingin jauh dari lokasi sawahnya, yang selama ini menjadi sumber nafkah bersama anak dan cucunya.

”Menawi mboten kersa pindah mboten menapa (Kalau tidak mau pindah tidak apa-apa),” ujar Bupati sembari bercanda nanti dirinya masih boleh kesini ya.

Canda Bupati Pacitan Mas Aji ini, spontan mendapatkan sambutan tawa hadirin yang menyertai rombongannya.

Bambang Pur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini