PONTIANAK (SUARABARU.ID) – Enam korban badai di perairan Kalimantan Barat (Kalbar) hingga saat ini belum teridentifikasi, Jumat (30/7/2021).
Dari 19 jenazah yang masuk post mortem tim DVI Polda Kalbar, 13 korban telah berhasil teridentifikasi. Hingga saat ini, tim DVI masih menunggu pihak keluarga para korban untuk mengirimkan sampel DNA, guna keperluan identifikasi keenam jenazah yang disemayamkan di RS Bhayangkara Pontianak tersebut.
“Informasi terakhir, masih ada 6 jenazah yang belum teridentifikasi oleh tim DVI Polda Kalimantan Barat,” ungkap Kepala Kantor SAR Pontianak, Yopi Hariadi.
Yopi mengatakan, tim SAR hingga saat ini masih melaksanakan pemantauan di area perairan dengan patroli dan koordinasi intensif dengan Potensi SAR, untuk mencari 31 korban yang belum ditemukan.
“Kami telah menyebarkan radiogram kepada seluruh kapal yang melintas di area tersebut, untuk memantau dan melaporkan jika menemukan korban atau kapal (barang-barang milik korban),” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, badai melanda di perairan Kalbar pada Rabu hingga Kamis,13-14 Juli 2021. Badai ekstrem yang menimbulkan gelombang hingga 3-4 meter itu berdasarkan laporan mengakibatkan 14 kapal nelayan, 2 tug boat, 1 yacht, dan 1 tongkang yang sedang melaut di perairan Pontianak mengalami kecelakaan.
Masing-masing KM Kenangan Usaha dengan personal on board (POB) sepuluh orang, Haiden Mina Jaya 188 sembilan orang, KM Anugerah III sepuluh orang, KM Anita Jaya enam belas orang, KM Amat Jaya lima belas orang, KM Bintang Rejeki 78 tujuh belas orang, KM Kawan Lama 999 sebelas orang.
Sedangkan KM Jimi Wijaya tiga belas orang, KM Rimba Nelayan tiga orang, KM Bersama IV tiga orang, KM Teman Jaya lima orang, KM Sumber Abadi 6 sembilan orang, TB Sinar Bahari 05/TK Surya VII empat orang, TB Mitra Bahari 02/TK HP 230 empat orang, Yacht dua orang, KM CSSK tiga orang, dan kapal pemancing tiga orang.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) selaku leading sector penyelenggaraan operasi SAR melalui Kantor SAR Pontianak menggelar operasi SAR. Operasi SAR yang berlangsung selama 7 hari dengan perpanjangan waktu 3 hari tersebut didukung Potensi SAR dari unsur TNI, Polri, Bakamla, KSOP, Dirtrik Navigasi, KPLP, PSDKP, Bea Cukai, DKP, BMKG, PT Pertamina, PT Pelindo II, dan unsur darat lainnya.
Dari SAR Unit (SRU) laut, Basarnas mengerahkan KN SAR Laksmana Banjarmasin, KN SAR Karna Pangkalpinang, dan RIB 04 Kansar Pontianak, didukung penuh oleh KRI Usman Harun, KRI Kerabit, KRI Celurit, KN P 341 dan KN P 5207 KPLP, KP Pelapis VI-304, RIB 03 KTP, BC 15018 Bea Cukai, KP Napoleon 037 dan Sea Rider 05 PSDKP-KKP, LC 3 dan RIB Polair, KAL Sambas, KAL Lemukutan, dan RIB Disnav.
Operasi SAR juga mengerahkan 5 pesawat, yaitu Helikopter Puma TNI AU Supandio, Helkopter Bel 429 Polair, Cassa PM 8203, CN 235 P-8035, dan Airbone Surveillance MPA ATR 42/300 PSDKP-KKP. Tidak hanya itu, SRU darat juga mendukung pelaksanaan operasi SAR tersebut, diantaranya rescue car dan ambulans dari Dinkes Provinsi Kalbar, DVI, TNI AL, Biddokes, PMI Kota Pontianak dan Provinsi Kalbar.
Sementara itu Operasi SAR di permukaan air mencakup covered area seluas 11.481 NM persegi atau 29.735 kilometer persegi. Penyisiran pantai mulai dari Pantai Pemangkat hingga Jungkat sejauh 148 kilometer. Sedangkan pencarian udara 22.096 NM persegi atau 75.789 kilometer persegi.
Setelah melaksanakan operasi SAR selama 10 hari dengan pertimbangan operasional dan hasil evaluasi dengan semua Potensi SAR, maka operasi SAR dihentikan oleh Kepala Kantor SAR Pontianak, Yopi Hariadi selaku SAR Mission Coordinator (SMC) di Kantor Kesyahbandaran Pelabuhan dan Otoritas Pelabuhan Pontianak pada Jumat (23/7/2021) petang.
“Setelah melaksanakan evaluasi bersama Potensi SAR serta pihak keluarga korban, operasi SAR kami hentikan karena alasan efektifitas dalam penyelenggaraan operasi SAR,” tegasnya.
Selama 10 hari operasi SAR berlangsung, tim SAR berhasil mengevakuasi 83 orang selamat dan 24 orang meninggal dunia. Sedangkan 31 orang lainnya hingga saat ini belum ditemukan.
Ning