SEMARANG (SUARABARU.ID)– Guru Besar Antropologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Dr Mudjahirin Thohir MA, meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang pada Senin 26 Juli 2021 berusia 46 tahun, memosisikan diri menjadi “desainer” kehidupan keagamaan, bukan menjadi “tailor” atau tukang jahit.
”Sebagai desainer, MUI bukan pelaksana keputusan pemerintah, tetapi memberi arah bagaimana pemerintah membuat aturan dan keputusan. Khususnya terkait dengan bidang kehidupan keagamaan,” kata Prof Mudjahirin.
Menurut dia, sebagai desainer, MUI perlu berdialog dan mendialogkan tentang apa yang terjadi di kalangan umat penganut ormas keagamaan, dalam kerangka peningkatan peradaban. MUI diharapkan menjadi acuan panutan umat (role model), dalam peradaban keagamaan,” tegasnya.
BACA JUGA: Seminar Nasional ADPI Loloskan 70 Artikel untuk Dipublikasikan pada Jurnal Terakreditasi Sinta
Prof Mudjahirin mengatakan hal itu, dalam acara gendhu-gendhu rasa atau ngudarasa bertema ‘MUI Dibutuhkan, MUI Dikritik’ dan upacara Tasyakuran Milad ke-46 MUI, di Hotel Pandanaran, Semarang, Selasa (27/7/2021).
Ketua Panitia Milad MUI, Dr H Multazam Ahmad menjelaskan, halaqah yang dimoderatori Sektretaris MUI Jateng, Drs H Agus Fathuddin Yusuf MA, menampilkan tiga pembicara, yaitu Prof Dr H Mudjahirin Thohir, mantan Gubernur Jateng dan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Drs H Ali Mufiz MPA, serta Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Agama Semarang Dr Samidi Khalim MAg.
Kegiatan yang digelar secara tatap muka ini, juga diikuti secara virtual oleh pengurus MUI Kabupaten/Kota se-Jateng.
BACA JUGA: Prodi TI PHB Tegal Gandeng Empat Perusahaan Besar
Pada kesempatan itu, Ketua Umum MUI Jateng, Dr KH Ahmad Darodji MSi, selain menyampaikan pidato orasi milad, juga memotong tumpeng untuk kemudian diserahkan kepada Ketua Panitia Dr H Multazam Ahmad.
Dalam usianya yang ke-46, Kiai Darodji menyatakan, MUI sudah berusaha hadir di tengah umat, ketika menghadapi persoalan keagamaan.
”Ada tiga peran sekaligus, yaitu sebagai himayatul ummah (pelindung umat), khadimul ummah (pelayan umat) dan shadiqul hukumat (mitra pemerintah). Dan semua itu sudah dilakukan dengan baik. Dalam pandemi covid-19 ini, fatwa MUI ditunggu umat. Di lain pihak, juga sering dikritik,” ungkapnya.
Sedangkan Ketua Komisi Fatwa MUI Jateng, Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA menyampaikan, dalam mengeluarkan fatwa maupun tausiah, MUI melakukan kajian dari berbagai disiplin ilmu secara komprehensif. Dia membantah anggapan miring MUI sebagai “tukang stempel” pemerintah.
Riyan