JEPARA ( SUARABARU.ID) – Sejak bulan Juni lalu, bukan hanya angka kematian dengan kriteria suspek, probable dan positif terkonfirmasi yang naik signifikan, tetapi juga muncul kasus kematian tanpa catatan medis yang jelas.
Jumlahnya bukan hanya ratusan tetapi bisa mencapai 1000 orang lebih yang tersebar di 195 desa/kelurahan. Ini di luar warga meninggal yang dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Tigor Sitegar, seorang pegiat budaya Jepara yang intens mengamati perkembangan dan penanganan Covid-19 Jepara. “Ironisnya data ini tidak ada di OPD tingkat kabupaten, baik DKK maupun Disdikcapil,” ujarnya.
Tingginya angka kematian tanpa catatan medis yang jelas ini menurut Tigor muncul sejak meledaknya kasus ini pertegahan bulan Juni lalu. Akibatnya rumah sakit tidak mampu menampung semua pasien, termasuk mereka yang bergejala berat maupun kritis. Padahal jumlah warga yang aktif terkonfirmasi setiap hari selalu meningkat tajam.
Kematian tanpa catatan medis yang jelas dengan jumlah yang tidak wajar ini juga muncul karena orang takut terhadap cap pasien Covid-19. Akibatnya saat sakit mereka tidak segera berobat ke fasilitas kesehatan. “Baru setelah kritis mereka mencari rumah sakit dan kemudian meninggal,” ujarnya.
Kematian tanpa catatan medis ini harusnya menjadi salah satu perhatian dari Pemerintah kabupaten dan sekaligus menjadi bahan evaluasi kebijakan.
Sementara jumlah warga yang terkonfirmasi positif terus bertambah. Pada tanggal 7 Juli kemarin Satgas Covid-19 Jepara mengumumkan kembali 353 warga Jepara yang terkonfirmasi. Degan demikian total warga Jepara yang terkonfirmasi mencapai 15.925 orang.
Dari jumlah tersebut 13.296 dinyatakan sembuh, 833 orang meninggal dunia dan 1.796 orang masih dalam kondisi positif.
Hadepe – ua