WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Para pelaku dan penggiat usaha kopi yang tergabung dalam Klaster Kopi Wonosobo menggelar sarasehan, sekaligus panen perdana atau wiwitan petik merah oleh Bupati Afif Nurhidayat dan Wakil Bupati M Albar di area kebun LMDH Argo Mulyo, Bukit Setalang, Desa Tambi Kejajar.
Dalam sarasehan yang juga dihadiri dan sejumlah pejabat Forkompimda tersebut, terungkap adanya komitmen dari pihak perbankan untuk membantu permasalahan modal yang biasa dihadapi para pelaku usaha kopi.
Menurut Afif, inisiatif tersebut sangat bagus, mengingat para petani akan diajak untuk mengolah hasil pertanian secara benar sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan bersama dan ekonomi daerah pun akan ikut terangkat.
“Karena di sini petani tidak hanya mengolah tanaman kopi sampai panen bahkan hingga pada tahapan kopi siap untuk diseduh di depan konsumen. Pelayanan yang dilakukan pencinta kopi dilakukan secara menyeluruh,” tuturnya.
Selain itu, Bupati tidak bosan selalu mengingatkan dan mengajak kepada seluruh masyarakat Wonosobo, tak terkecuali para pecinta kopi, untuk dapat memberdayakan potensi daerah yang ada. Baik potensi pertanian, kuliner, pariwisata maupun potensi lainnya.
“Saya berpesan di tengah masa pandemi global Covid-19 ini agar komunitas kopi bersama sama membantu pemerintah untuk selalu menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 demi keselamatan semuanya,” pinta dia.
Sementara itu, Ketua Klaster Kopi Wonosobo Muhail Effendi, mengungkapkan kesediaan dari salah satu Bank BUMN untuk menyediakan skema pembiayaan bagi para pelaku usaha kopi, menjadi penyemangat agar ke depan industri bahan baku minuman paling populer di dunia itu akan semakin menggeliat.
Perlu Digenjot
“Memang untuk para pelaku usaha kopi, kendala utama adalah pada kurangnya kemampuan pengembangan lahan karena keterbatasan modal yang dimiliki. Sehingga adanya komitmen dari pihak bank ini jelas akan sangat membantu,” terang Muhail.
Klaster Kopi, disebut pria yang selama 10 tahun terakhir juga menggeluti pertanian dan pengolahan green bean kopi jenis Arabica dan robusta itu, saat ini tengah berupaya membantu pemerintah untuk meningkatkan produktifitas kopi yg memiliki kualitas sesuai kebutuhan pasar, khususnya untuk pasar ekspor.
Secara nyata, ujarnya, klaster kopi juga melakukan pendampingan kepada petani kopi supaya tanaman kopinya dirawat dengan benar sehingga menghasilkan buah yang bagus, sampai pada pemetikan buahnya juga memenuhi kriteria.
“Yakni, setelah merah matang kemudian diproses melalui berbagai tahapan seperti sortasi warna buah, perimbangan hingga pada penjemuran, pengupasan/hulling. Pengolahan sampai penyeduhan dan penyajian pada pecinta kopi,” terangnya.
Tak hanya sampai di situ, pihaknya juga mendampingi pada tahap sortasi biji kering/ green beans. Sehingga menghasilkan kopi standar yang dikehendaki pasar internasional. Seduhan kopi yang disajikan tak kalah dengan kualitas kopi lainnya.
Harga kopi asal Indonesia, diakui Muhail cukup tinggi di pasar dunia. Sehingga amat sayang apabila Wonosobo tidak mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Mutu dan kekhasan kopi setempat bisa mendukung dunia wisata dan kuliner di daerah pegunungan ini.
“Di Ibu Kota pun nama kopi asal Wonosobo tidak kalah dengan produk kopi dari berbagai daerah lain di Indonesia. Karena itu, budi daya dan pengembangan potensi lokal perlu terus digenjot,” pungkasnya.
Muharno Zarka