Khaul KH Al Manshur di Masjid Al Manshur Kauman Wonosobo. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Sejumlah umat Islam di Wonosobo dan sekitarnya hadiri Khaul KH R Manshur di Masjid al Manshur, Kauman Utara, Wonosobo, Kamis, 20 Mei 2020 bertepatan tanggal delapan syawal 1442 H pagi kemarin.

Rangkaian khaul diawali dengan ziarah ke makbarah KH R Manshur di Ketinggring, Kalianget, Wonosobo dipimpin langsung oleh KH Achmad Chaedar Idris, Imam Besar Masjid al Manshur, didampingi jajaran pengurus, pembina dan pengawas Yayasan Masjid al Manshur serta ratusan jamaah seton yang ikut berziarah.

Nampak hadir Ketua Pembina Yayasan Masjid al Manshur, Manshur Nawawi Sjukurs, Ketua Umum Yayasan Lutfi Rokhman, Sekretaris Umum M Muqorrobin Thoha, Wakil Ketua Muhammad Rustamadji, Bendahara Umum H Aditomo, anggota Pengawas Yayasan Masjid al Manshur Abdul Kholiq Arif dan segenap jajaran pengurus lainnya.

Sebelum pembacaan tahlil, KH Achmad Chaedar Idris menyampaikan pentingnya ziarah ke makam para ulama sholih sholihin,”Pada hakekatnya ziarah kubur adalah tadzkiratul maut. Sarana untuk mengingat kematian, kita bisa berziarah ke makamnya siapapun untuk tadzkiratul maut,” ujarnya.

Dikatakan, ziarah ke makam orang tua, teman, saudara adalah hak yang harus dilakukan. Sedangkan ziarah ke makam para ulama sholih sholihin adalah upaya kita tabarukan, untuk memperoleh berkah dari para ulama yang sangat berjasa kepada kita dalam mengajarkan agama Islam.

Usai ziarah kubur dan mendoakan para leluhur Masjid Al Manshur di Makam Ketinggring, diantaranya almarhum KH R Mustofa, KH Mu’min, KH Muhammad Sjukur, H Muhammad Misbah, H Sugito, KH Syarif Hidayat, H Abu Bakar Mahmud Junus, H Muhammad Zain, dilanjutkan pengajian dan bacaan tahlil di Masjid Al Manshur yang dipimpin oleh KH Achmad Chaedar Idris.

Dalam pengantarnya KH Achmad Chaedar Idris mengungkapkan, dalam satu hadits Nabi Muhammad Saw bersabda,”Dzikrul ambiya ‘ibadah, menceritakan dan mengingat kisah perjuangan para Nabi adalah ibadah, lebih-lebih mengingat sejarah perjalanan dakwah dan perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW dalam menegakkan agama Islam adalah ibadah yang sangat penting bagi umat Islam.”

Pendiri Wonosobo

Imam Besar Masjid Al Manshur Kauman Wonosobo, KH Achmad Chaedar Idris. Foto : SB/dok

Lebih lanjut Kiai Chaedar Idris mengatakan, dzikrul ulama usholihin kafarat, mengingat dan menceritakan perjuangan para ulama sholih sholihin akan mengurangi dosa.

“Karena itu dengan memperingati khaul KH R Manshur adalah dalam rangka mengingat kebaikan KH R Manshur selama hidupnya. Sehingga siapapun bisa mecontoh kebaikannya dan melihat kekurangan kita dalam beribadah,” ungkapnya.

Diungkapkan, KH R Manshur mewakafkan tanah miliknya seluas hampir 8000 M3 di tengah-tengah kota Wonosobo untuk pembangunan masjid dan Pondok Pesantren al Manshur yang jariahnya tidak akan pernah putus selamanya, harus mencontoh keikhlasan KH R Manshur dalam beribadah.

Ditambahkan, KH R Manshur adalah salah satu pendiri Wonosobo, sebagai Pemilih Landrad zaman Hindia Belanda, saat itu Bupatinya R Manghunkusumo.

”Kita perlu mecontoh strategi dakwah dan politik KH R Manshur, atas jasa beliau kita memiliki Masjid al Manshur yang megah dan sebagai pusat dakwah di Wonosobo, KH R Manshur kibarkan bendera Islam ditengah-tengah kota Wonosobo dari dulu sampai masa yang akan datang,” katanya.

Strategi politik dan dakwah iniliah yang ditiru oleh KH Muntaha al Hafidz dari KH R Manshur, yakni berdakwah dan berjuang mensyiarkan agama Islam melalui jalur politik dan pemerintahan.
Maka, Islam akan berkembang pesat.

Sehingga sekarang Pondok Pesantaren al Asy’ariyah berkembang sangat pesat dan KH Muntaha al Hafidz dapat mendirikan Universitas Sains al Qur’an sebagai Universitas berbasis pesantren terbesar di Jawa Tengah.

Muharno Zarka