Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, memimpin rapat koordinasi Forkopimda persiapan Hari Raya Idul Fitri dan Mudik Lebaran 2025 di Gradika Bhakti Praja, Senin 17 Maret 2025. foto: Humas

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Gubernur Jateng Ahmad Luthfi berharap, personel TNI dan Polri yang melakukan pengamanan Lebaran agar dibekali dengan senjata laras panjang.

“Dengan catatan, aparat tersebut bertugas menjaga di titik-titik strategis, vital dan berpotensi terjadi gangguan keamanan saat arus mudik dan balik lebaran 2025,” ujar Ahmad Luthfi saat memimpin Rakor Forkopimda “Menjaga Kondusivitas Wilayah Jateng Menyambut Hari Raya Idul Fitri, Mudik Lebaran dan Arus Balik,” di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Senin 17 Maret 25.

.Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi menegaskan tak ingin ada begal hingga teroris mengganggu agenda tahunan mudik-balik lebaran kali ini. Untuk itu, langkah tegas pencegahan harus dilakukan.

Pelayanan pada arus mudik dan arus balik, lanjutnya, bukan hanya operasi pelayanan kemanusiaan semata. Menurutnya perlu pencegahan tindak pidana di titik-titik tertentu.

“Tolong nanti Pak Kapolda dan Pak Pangdam, anggotanya dikasih striking force yakni anggota dibekali senjata laras panjang,” ujar Ahmad Luthfi

Dalam rakor tersebut, hadir secara langsung Pimpinan Forkopimda termasuk Kapolda Jateng Irjen Ribut Hari Wibowo dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi.

Ahmad Luthfi yang merupakan Kapolda Jateng 2020-2024 ini mengatakan, aparat bersenjata laras panjang bisa ditempatkan di titik vital. Di antaranya pusat keramaian dengan potensi kejahatan tinggi hingga masjid.

Pada forum yang juga dihadiri bupati dan wali kota se-Jateng itu, Gubernur menyampaikan, arus mudik dan balik di Jateng akan menjadi sorotan nasional. Untuk itu, ia meminta pada semua kepala daerah dan jajarannya serius memetakan kelancaran guna memberikan pelayanan maksimal pada masyarakat.

“Kalau ada bupati atau wali kota mau libur (saat Lebaran) izin dulu. Siapa tahu ada menteri yang datang ke tempat kalian,” kata Ahmad Luthfi dengan nada bercanda.

Kemudian ia juga menyoroti keberadaan rest area di Jateng. Sejauh ini, kebiasaan masyarakat saat jenuh berkendara ketika mudik dan balik dengan beristirahat di rest area. Sayangnya, sebagian di antara mereka sambil membuka bekal dan makan bersama keluarga, sehingga menghabiskan waktu yang cukup lama. Di sisi lain, banyak pengendara yang ingin beristirahat karena lelah di perjalanan.

Rest area jadi seksi bagi pemudik untuk leyeh-leyeh. Jadi tempat titik jenuh, makan dengan dengan keluarga, akhirnya ndak mau diusir sehingga antrean panjang di tol,” ujarnya.

Hery Priyono