Yoyok menyadari, bahwa aksi balap liar di jalan raya bukan hal yang baik, namun di sisi lain balapan adalah salah satu kegemarannya.
Hingga saat menginjak SMA, dia mengalami titik balik dengan meninggalkan dunia balap liar untuk menuju keinginan menjadi atlet balap profesional.
Bahkan dia sering mengikuti berbagai even di Sentul International Circuit hingga beberapa kali mendapatkan piala.
“Nah saya dari balap liar jadi pembalap resmi, SMP suka balap liar, tapi SMA sudah profesional. Dan itu dari sekolah, saya justru boleh tidak masuk kalau saya dapat piala, makanya semenjak itu saya malah jadi balapan terus di Sentul, dan tiap pulang bawa piala,” katanya.
Dia bercerita, dulunya dia bersama kawan-kawannya sering latihan di kawasan PRPP dan Marina. Skill balapan yang diasah terus ini berhasil mengantarkannya mengikuti berbagai even otomotif di sirkuit internasional Sentul.
Bahkan piala-pialanya dari berbagai kejuaraan balap beragam event masih terpajang rapi di ruang tamu rumahnya.
“Waktu itu di SMAN 1, saya gak masuk sekolah, tapi nilainya bagus terus karena saya setiap Minggu pulang saya dapat piala. Jadi kan atlet, itu malah jadi titik balikku dari balap liar menjadi balap resmi. Saat itu prestasi nonakademik seperti atlet bisa menopang prestasi akademik,” imbuh putra Sukawi Sutarip, Wali Kota Semarang periode 2000-2010 tersebut.
Dari pengalaman itulah dia memandang bahwa hobi balapan sebenarnya bukan hal yang seutuhnya negatif, bahkan seharusnya bisa dikelola dan diarahkan oleh pemerintah.
Memberantas aksi balap liar atau ilegal tidak harus dilakukan dengan melarangnya. Menurut Yoyok, cara berpikir seperti ini tidak menyelesaikan masalah.
Dalam pandangannya, aksi balapan liar yang masih masif terjadi di sejumlah titik di Kota Semarang disebabkan karena pemerintah tidak memberikan ruang dan fasilitas yang luas dan terbuka bagi anak-anak muda untuk menyalurkan hobi dan mengembangkan minatnya. Jika pun ada, harus berbayar yang mahal.
Sehingga dari sini, calon wali kota Semarang yang akan maju dalam Pilkada serentak 2024 ini justru mendukung hobi dan potensi generasi muda.
Wadah bagi Remaja
Dirinya ingin menyediakan fasilitas yang aman dan legal bagi anak muda di Kota Semarang yang memiliki minat serupa. Tentunya dengan harga murah.
“Saya akan seneng apabila ada wadah untuk anak muda balapan secara legal. Anak-anak muda itu butuh tempat, mereka yang senang balapan ketika didukung dari situ muncul bibit pembalap,” kata politisi Partai Demokrat tersebut.
“Dari situ anak-anak yang tadinya hobi pembalapan, kalau jiwanya entrepeunur dia bisa jualan knalpot, barang-barang rongsok, terus dimodifikasi, bisa jadi pengusaha. Jadi sebenarnya mereka butuh ruang kreatif,” imbuh Yoyok Sukawi.
Hal inilah yang akan dia lakukan saat terpilih menjadi Wali Kota Semarang periode 2024-2029. Menurutnya, sirkuit di Mijen ialah wadah yang seharusnya bisa dikelola dengan baik, sehingga dapat mengakomodir potensi anak-anak muda hingga melahirkan atlet atau pembalap profesional.
“Ini nanti yang saya coba bikin, misal pembalap road race, komunitas saya kumpulkan, pemerintah kota gak usah subsidi, cuma kasih tempat di sirkuit Mijen. Tapi anak-anak punya tugas setiap Jumat harus latihan, setiap Sabtu harus bikin kompetisi turnamen. Malah bisa datangkan pedapatan,” kata dia.
Yoyok mengatakan, bahwa pendekatan ini menjadi solusi yang dia tawarkan atas permasalah balap liar yang ada di Kota Semarang.
Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) sebagai pemangku kebijakan seharusnya bisa lebih peka terhadap kebutuhan masyarakat, dalam hal ini adalah anak-anak muda.
“Jadi secara prinsip mendukung hobi anak-anak muda, teknisnya nanti kita kasih ruang, di sanalah nanti saya melibatkan pihak lain, minta tolong pak polisi juga. Tolong dijaga, minta tolong rumah sakit siapkan ambulance kalau ada apa-apa,” tandas dia.
Yoyok Sukawi ialah salah satu calon wali kota Semarang pada Pilkada 2024. Dia berpasangan dengan Joko Santoso atau Joko Joss, Ketua DPC Partai Gerindra.
Pasangan Yoyok-Joss mendapatkan dukungan dari 17 partai politik yang tergabung dalam Koalisi Semarang Maju Bermartabat.
Partai politik itu ialah Demokrat, Gerindra, PKS, PKB, PSI, Golkar, PAN, PPP, dan Nasdem yang merupakan partai parlemen atau pemilik kursi di DPRD Kota Semarang.
Selain itu partai-partai non-parlemen juga mendukungnya, ada Partai Buruh, Gelora, PKN, Haruna, Garuda, Prima, Ummat, PBB, dan Perindo.
Hery Priyono