SEMARANG (SUARABARU.ID) – Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik Kota Semarang menjadi masuk nominasi dalam lomba desa dan kelurahan 2024 tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Lomba desa dan kelurahan ini merupakan kegiatan yang digelar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
Tema yang diusung dalam lomba desa kelurahan tingkat Provinsi Jateng Tahun 2024 ini adalah ‘Stabilitas Politik, Sosial, dan Ekonomi Mewujudkan Desa/Kelurahan Berdaya Saing Menuju Indonesia Emas’.
Selain Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik yang melaju ke tingkat Provinsi mewakili Kota Semarang, ada tiga kelurahan lain yang masuk nominator, yakni Kelurahan Joglo Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, Kelurahan Krapyak Kecamatan Pekalongan Utara dan kelurahan Mlati Norowito, Kota Kudus.
Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto, mengatakan, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sebelumnya telah menggelar lomba kelurahan tingkat Kota Semarang.
Dari 16 kecamatan, masing-masing telah melakukan seleksi dan mengirimkan perwakilan satu kelurahan terbaik.
“Pemerintah Kota Semarang mengadakan lomba kelurahan tingkat kota, tapi sebenarnya itu sudah mulai dari masing-masing kecamatan. Jadi di kecamatan sudah ada penilaian sendiri untuk mengirimkan perwakilannya. Setelah seleksi panjang dan kunjungan lapangan, hasilnya kelurahan Pudakpayung yang menjadi juara I lomba kelurahan tingkat kota 2024,” kata Noegroho, Selasa (4/6) lalu.
Noegroho menyebut, penilaian dalam lomba kelurahan ini tidak hanya inovasi, namun lebih pada bagaimana pemberdayaan masyarakat di kelurahan tersebut.
“Di Pudakpayung, antusias masyarakat terhadap lomba kelurahan ini sangat besar. Apalagi pemberdayaan masyarakat serta pengelolaan potensi daerah secara mandiri. Di Pudak Payung ini UMKM-nya banyak, perekonomian berjalan,” jelasnya.
Dirinya menilai pemberdayaan masyarakat mulai dari PKK, LPMK, Karang taruna, RT RW berjalan baik. Bahkan, keterlibatan warga dalam merintis sektor pariwisata dan menjunjung kearifan lokal menjadi nilai tambah.
“Dari administrasi juga bagus, termasuk program pilah pilih sampah dan bank sampah juga berjalan baik,” ujar Noegroho.
Untuk menghadapi lomba di tingkat Provinsi, Pemkot Semarang akan melakukan pembinaan dan support dari masing-masing OPD. “Kami melibatkan semua dinas, mulai dari DP3A, Bappeda, DLH, Disdalduk KB, Satpol PP dan sebagainya. Termasuk menyiapkan dokumen pendukung dan administrasi,” sebutnya.
Pamirah, Lurah Pudak Payung menjelaskan potensi unggulan wilayahnya ada banyak sekali, termasuk pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup bagus.
“Dari masyarakat sangat mendukung untuk kegiatan-kegiatan pemerintah di kelurahan Pudakpayung. Banyak potensi unggulan kami, ada Bank Sampah Payung Lestari di RW 4,” kata Pamirah. Bank Sampah tersebut telah menyabet juara Program Kampung Iklim (Proklim) tingkat Kota Semarang tahun 2023.
Di RW 4 juga terdapat kampung Pancasila yang juga pernah meraih penghargaan di tingkat kota Semarang. Selanjutnya, masih ada kampung Tematik Jajanan Tradisional Sekar Wangi yang ada di RW 7 Kelurahan Pudakpayung.
“Itu sudah menjadi unggulan kami, jadi di sana ada satu RW warganya membuat jajanan tradisional beraneka ragam di tiap-tiap rumah, bahkan para pelanggan itu datang dengan sendirinya,” sebutnya.
Tak hanya itu, ada pula kampung literasi di mana masyarakat secara swadaya membangun perpustakaan mandiri bernama Perpustakaan Payung Prasetya Semarang. Ada pula perpustakaan dan rumah pintar Merpati, keduanya berlokasi di RW 12.
“Itu juga jadi unggulan dan binaan Dinas Arsip dan Perpustakaan (Arpus) kota Semarang. Alhamdulillah pernah mengantarkan Pudakpayung menjadi juara,” paparnya.
Selain itu, ada posyandu terintegrasi di RW 10 Pudakpayung, lengkap terintegrasi dengan Pos PAUD, Posbindu (Pos Binaan Terpadu), Posyandu Lansia. Program tersebut menghantarkan Pudak Payung juara II tingkat Kota Semarang.
Kelurahan Pudakpayung, kata dia, memiliki 16 RW yang telah diidentifikasi dan mempunyai julukan-julukan nama kampung sesuai unggulan dan potensinya.
“Di RW 1, saat ini kami punya rintisan wisata namanya Curug Kedung Kudhu yakni air terjun yang berasal dari lima sumber mata air,” ujar Pamirah.
Untuk menuju Curug Kedung Kudhu harus melewati ondo rante atau tangga rantai yang sudah dibangun sejak zaman Belanda.
“Kami berusaha memperkenalkan pariwisata lokal di kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik. Bahkan sudah ada pengajuan bantuan infrastrukturnya,” imbuhnya.
Di area tersebut juga terdapat Vihara Sima 2500 Buddha Jayanti Wungkal Kasap yang sempat disinggahi Bikhu Thudong beberapa waktu yang lalu.
Rupanya, vihara tersebut bukanlah vihara biasa melainkan vihara pertama kalinya Sima berdiri pada 1959 silam. Vihara ini diakui nusantara sebagai salah satu vihara tertua, setara dengan Borobudur.
“Kami berusaha mengangkat sehingga bisa menjadi wisata religi,” terang dia.
“Masih di RW 1, ada pula kelompok Batik Arlynn Eco Print. Karena berada di lingkungan perumahan sehingga memanfaatkan dedaunan yang ada di sekitarnya untuk meminimalkan limbah sampah,” bebernya.
Pamirah menyebut, unggulan-unggulan tersebut merupakan bentuk dukungan masyarakat yang turut menyukseskan pemberdayaan di wilayahnya.
“Masyarakat dengan sukarela mengangkat wisata budaya di Pudakpayung, bahkan ada pagelaran Wayang Kulit dalam rangka sedekah bumi hingga 4 kali dalam setahun. Seperti kemarin di dukuh Krajan ada wayangan dan Alhamdulillah Bu Wali Kota rawuh,” terangnya.
Pihaknya juga terus melibatkan warga dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui tradisi Nyadran. Hal ini lantaran di Pudakpayung mempunyai 11 sendang atau mata air yang masih alami dan terjaga.
“Peran serta masyarakat sangat luar biasa, bahkan secara administrasi cukup lengkap. Mudah-mudahan Pudakpayung yang mewakili kota Semarang dalam Lomba Desa dan Kelurahan di Tingkat Provinsi Jawa Tengah bisa mendapatkan hasil yang terbaik,” harap Pamirah.
Hery Priyono