blank
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, berkapasitas 47 MW dengan memanfaatkan aliran sungai Citarum hasil keluaran PLTA Saguling

YOGYAKARTA (SUARABARU.ID) – Pemanfaatan air menjadi salah satu aspek penting dalam proses bisnis PT PLN (Persero). Dalam acara rangkaian workshop side event menuju The 10th World Water Forum pada tahun 2024 dengan tema “Water for Shared Prosperity” yang diselenggarakan di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, PLN menunjukkan komitmennya dalam pemanfaatan air yang berkelanjutan.

Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Herry Trisaputra Zuna menjelaskan pengelolaan air yang berkelanjutan menjadi prioritas pemerintah saat ini. Hal ini sejalan dengan prinsip Enviromental, Social and Governance (ESG) dan Sustainable Development Goals (SDGs).

blank
Petugas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Plengan di Kabupaten Bandung melakukan pemeriksaan rutin di area Power House PLTA yang berdiri sejak 1922

“Pemerintah saat ini melakukan berbagai upaya untuk bisa meningkatkan pengelolaan air yang berkelanjutan. Pengelolaan air yang berkelanjutan berperan penting pada perubahan iklim dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Herry.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN juga terus berinovasi dalam transisi energi salah satunya dengan mengembangkan teknologi hidrogren untuk menghasilkan listrik. Apalagi, Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya air yang melimpah.

PLN hingga saat ini mengoperasikan 67 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan 348 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dengan total kapasitas 5.651 MW.

blank
Petugas PLN Indonesia Power memastikan semua area PLTA Rajamandala aman dan berjalan sesuai fungsinya, sebelum menggerakkan turbin PLTA

“PLN memanfaatkan air untuk menghasilkan listrik bersih dan mampu melistriki jutaan masyarakat di seluruh Indonesia. Selanjutnya, PLN bertekad terus mengembangkan teknologi ketenagalistrikan yang berbasis hidrogen untuk mengurangi ketergantungan kita pada energi fosil. Ini juga dalam rangka mencapai target Net Zero Emission tahun 2060. ,” ujar Darmawan.

Darmawan melanjutkan, sebagai BUMN yang memanfaatkan air untuk proses bisnisnya, PLN mengedepankan tata kelola yang berkelanjutan. Sepanjang tahun 2022, total konsumsi air PLN mencapai 24 juta metrik ton. Konsumsi air ini mayoritas digunakan untuk kegiatan operasional baik pembangkitan maupun domestik.

“Kami mengedepankan aspek keberlanjutan dalam penggunaan air ini. Kami juga melakukan efisiensi penggunaan air sehingga bisa mengurangi volume air baku yang dikonsumsi,” ujar Darmawan.

blank
Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Lambur di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dengan kapasitas 2X4 MW sebagai salah satu pemanfaatan air di PLN untuk mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT)

Misalnya, dalam kegiatan operasional pembangkit, PLN menggunakan air dengan sistem closed cycle atau penggunaan kembali sehingga meminimalisir limbah. PLN mengedepankan prinsip 3R ( Reduce, Reuse, Recycle) dalam pemanfaatan air untuk bisa mendukung efisiensi.

“Program efisiensi air ini justru berkontribusi pada masyarakat melibatkan stakeholder seperti kelompok masyarakat untuk penyediaan air dari sumber lain. Target dari program tersebut adalah mengoptimalkan penggunaan air untuk kegiatan pembangkit,” tambah Darmawan.

Program efisiensi air yang dilakukan PLN mampu menurunkan pemakaian air baik untuk operasional pembangkitan maupun untuk kegiatan pendukung sebesar 23,12 juta metrik ton dari 33 pembangkit di PLN lewat prinsip 3R.

Hadepe