SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan pendampingan petani kunyit pada kelompok tani Suroloyo I, Desa Bandar, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.
Kegiatan pendampingan selama tahun 2021. Petani kunyit di Bandar tidak hanya menjual kunyit dalam bentuk basah, namun juga diolah menghasilkan produk dengan nilai tinggi yakni minyak atsiri.
“Pendampingan dibiayai dana hibah pengabdian masyarakat dari Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) tahun 2021. Dana dimanfaatkan untuk investasi peralatan dalam mengolah kunyit menjadi minyak atsiri”, kata Ketua Kegiatan PPLH LPPM UNS Surakarta Fea Prihapsara, M.Sc,di ruang kerja, Senin (31/1).
Selama ini hasil panen kunyit dari petani, lanjut Fea Prihapsara, M.Sc, langsung dijual ke tengkulak dengan harga rendah. Karena itu perlu upaya meningkatkan nilai tambah ke petani. Minyak atsiri kunyit (Turmeric oil) memiliki banyak manfaat kesehatan.
Di antaranya mengatasi depresi, perasaan cemas, mengatasi arthritis, nyeri sendi, meredakan flu dan batuk, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membuat kulit halus, bercahaya, dan mengatasi angguan pencernaan. Minyak kunyit juga dapat dijadikan aromaterapi, minyak urut, obat tradisional, dan kosmetik.
Sedangkan hidrosol sering disebut sebagai hidrolate, florasol, maupun distillate water yang merupakan bagian dari komponen minyak atsiri yang tersuspensi di dalam air suling.
“Komposisi minyak atsiri rata-rata di dalam hidrosol adalah sekitar 0,02%. Manfaat hidrosol yaitu membantu menghidrasi kulit, mencerahkan kulit, dan sebagai aromaterapi. Hidrosol selain dimanfaatkan dalam bahan obat tradisional dan kosmetik juga dapat digunakan sebagai difusser pewangi ruangan,” kata Fea Prihapsara, M.Sc.
Menurutnya, serbuk kunyit grade B digunakan sebagai campuran pakan ternak atau Antibiotic Growth Promoters (AGP) ayam broiler, unggas, ikan, ternak sapi, kambing, dan sejenisnya. Pakan campuran yang diberi kunyit penganti AGP sangat bermanfaat bagi ternak dalam menjaga kestabilan produksi telur untuk unggas.
Sementara itu Ketua Kelompok Tani Suroloyo I, Agus Pramono mengatakan hilirisasi empon-empon khususnya kunyitdilakukan melalui penyulingan dengan metode uap-uap dan menjual hasilnya ke industri. Kunyit panenan disuling menggunakan mesin penyulingan berbahan bakar oli bekas.
“Lama penyulingan sekitar 7-8 jam untuk ketel kapasitas 200 kg yang akan menghasilkan rendemen 0,1-0,15%. Dalam penyulingan minyak atsiri tidak ada limbah yang terbuang. Kunyit basah akan menghasilkan tiga produk yaitu minyak atsiri, hidrosol, dan serbuk kunyit grade B,” terang Agus.
Dikatakan, setiap 200 kg kunyit basah dihargai Rp 1.200- Rp 1.500/kg akan menghasilkan sekitar 200-250 ml minyak atsiri, 50 liter hidrosol, dan 20 kg serbuk kering.
“Minyak atsiri hail penyulingan dihargai Rp 250.000/100 ml. Sedangkan hidrosol dihargai Rp. 5000/liter, dan serbuk kering dihargai Rp 10.000/kg,” ujarnya.
Bagus Adji