YOGYAKARTA(SUARABARU.ID)-Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, mengingatkan bahwa kita jangan sekali-kali melupakan sejarah. Karena sejarah adalah pembangun jati diri kita sebagai bangsa.
“Bung Karno telah berpesan pada generasi penerus, jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kita sebagai generasi muda harus ingat pesan itu, karena sejarah dan budaya merupakan pembangun jati diri Indonesia. Dan sebagai bangsa yang besar, sudah sepatutnya kita merawat warisan pendahulu kita. Salah satu caranya adalah melalui museum”, kata Nadiem.
Dia mengatakan hal itu dalam peringatan Hari Museum Nasional 2021 secara daring, Selasa (12/10). Dia juga mengatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki 509 museum dan jumlahnya terus bertambah seiring tumbuhnya kesadaran akan pentingnya museum. “Semua sudah menyadari bahwa museum adalah sumber pengetahuan tentang asal-usul kita sebagai suatu bangsa, dan sumber kekuatan kita untuk membangun masa depan,” tambah Nadiem.
Acara yang digelar secara daring itu untuk peringatan Hari Museum Nasional ke-6 dan Hari Jadi ke-50 Badan Musyawarah Musea (Barahmus) DIY. Diikuti Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim; Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno; Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X; Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana, dan Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno, mengapresiasi Barahmus DIY yang telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan Festival Museum Yogyakarta 2021. Sandiaga juga berharap ada adaptasi penerapan protokol kesehatan CHSE untuk destinasi pariwisata. Kedua, Inovasi dengan mengembangkan jalur wisata tematik di destinasi super prioritas Borobudur dengan tema Edu-tour dengan melibatkan museum dan cagar budaya sebagai daya tarik unggulan. Juga penguatan narasi/storytelling, serta pemanfaatan teknologi dan kolaborasi pentahelix.
Sri Sultan Hamengkubowono X, Gubernur DIY yang juga merupakan tuan rumah penyelenggaraan acara puncak Hari Museum Nasional ke-6 dan Perayaan Ulang Tahun ke-50 Barahmus DIY mengatakan, bagi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta peringatan HMI memiliki nilai yang sangat strategis. Terutama bila dikaitkan dengan salah satu poin dari resolusi pada HMI pertama yaitu membantu perkembangan kebudayaan, baik dalam skala nasional maupun internasional.
Koleksi Terbaru
“Momentum HMI kali ini juga harus menguatkan kesadaran dan komitmen kita bersama, untuk mampu mengemas koleksi museum yang berasal dari masa silam, sehingga bisa jadi pelajaran untuk masa kini dan masa mendatang. Koleksi-koleksi museum juga tidak harus melulu berupa benda-benda kuno. Koleksi-koleksi terbaru juga perlu dipresentasikan sebagai bentuk inovasi dan kreativitas sehingga koleksinya terus berkembang dan relevan,” katanya.
Sementara itu Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Putu Supadma Rudana menyoroti bagaimana museum di Indonesia menghadapi tantangan yang sangat besar dua tahun belakangan. Dalam dua tahun terakhir, museum di Indonesia telah memperlihatkan ketangguhannya menghadapi efek panjang pandemi. Museum memastikan tugas utama tetap berjalan, mengedukasi masyarakat, juga untuk misi pelestarian, dan telah memanfaatkan TI agar mudah diakses masyarakat.
Puncak Acara Hari Museum Indonesia digelar sejak pagi hari, dimulai dengan webinar internasional yang diikuti secara antusias oleh lebih dari 650 peserta. Webinar itu menghadirkan pakar-pakar museum dan sejarah berskala nasional dan internasional seperti Paul Taylor dari Smithsonian Institution, Peter Lee dari peneliti dan kurator dari Singapura, Joanna Barrkmen dari Fowler Museum UCLA, Jos Van Beurden dari Freer University Amsterdam. Dari dalam negeri ada Sri Hartini dari Museum Nasional, Laretna Adisakti dari Universitas Gadjah Mada, Musiana Yudhawasthi dari Komunitas Jelajah, Ajeng Arainikasih dari Universitas Indonesia, dan Daniel Haryo Diningrat sebagai moderator.
Selain itu, juga ada pemutaran video untuk mengenang Tokoh Budaya dan Permuseuman Soedarmadji Joan Henry Damais, pemutaran video profil Moh Amir Sutaarga selaku Bapak Permuseuman Indonesia, dan peluncuran buku Pancadasa Warsa Kencana Barahmus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun usia Barahmus DIY. Sebagai penutup acara digelar pagelaran ketoprak dengan lakon Prajna Paramitha.
Ketua Panitia Perayaan 50 tahun Barahmus, GKR Bendara, mengatakan rangkaian acara yang dijalankan selama dua bulan penuh mendapatkan animo cukup besar dari masyarakat. Bukan hanya di Yogyakarta, namun juga dalam skala nasional. Dia berharap, kegiatan yang telah berjalan dalam rangkaian kegiatan 50 tahun Barahmus DIY itu bisa menghadirkan manfaat bagi museum-museum Indonesia.
“Momentum ini tepat untuk mengajak rekan-rekan permuseuman untuk bersama-sama repackaging culture, repackaging museum, karena tidak ada budaya dan sejarah yang kuno hanya kemasannya lah butuh perubahan,” katanya.
Eko Priyono