blank
Pembacaan tahlil dan doa untuk RA Kartini dan keluarganya yang dipimpin oleh Ustad Aunur Rofiq, S.Pd.I, M.Pd, Ketua Tanfidhiyah MWC NU Kecamatan Jepara

JEPARA (SUARABARA.ID) – Peringatan Haul RA Kartini Ke-117 yang Jumat (17/9-2021) malam  dilakukan  di musium RA Kartini Jepara memang  nampak berbeda. Acara diadakan bersama oleh Yayasan Kartini Indonesia, Lesbumi, Marga Langit, Lembaga pelestari Sejarah dan Budaya Jepara.

Dalam acara yang dipandu oleh Wienarto dan diikuti oleh  sejumlah pengurus Muslimat, Fatayat, Aisyiah, Lembaga Pelestari Sejarah dan Budaya, sejumlah dosen perempuan Unisnu Jepara, pendidik, seniman dan aktivis perempuan Jepara ini  juga  ditandai pemotongan tumpeng.

blank
Peserta peringatan Haul RA Kartini Ke-117 yang Jumat (17/9-2021)

Disamping  tahlil  dan doa untuk RA Kartini dan ahli warisnya yang dipimpin oleh Ustad Aunur Rofiq, S.Pd.I, M.Pd, Ketua Tanfidhiyah MWC NU Kecamatan Jepara, pembacaan puisi oleh pegiat sastra  Jepara Aminan Basyarie, Ketua DKD Kustam Ekajalu, Ketua Lesbumi Jepara  Ngateman dan pembacaan geguritan oleh Sunardi KS, cokekan dari Paguyuban  Marga Langit,  juga ada dialog semangat dan gagasan RA Kartini.

Dialog yang dipantik dua pembicara, Indria Mustika dan Hadi Priyanto,  Sekretaris dan Ketua Yayasan Kartini Jepara ini lebih  banyak membicarakan  gagasan dan semangat RA Kartini. “Gagasan dan semangat RA Karini ini yang harus terus kita hidupkan. Bukan sekedar sosok  pahlawan yang kita ingat da peringati setiap saat,” ujar Indria Mustika saat berbicara tentang  niai-nilai keutamaan RA Kartini.

blank
Pemotongan tumpeng oleh Ustad Aunur Rofiq, S.Pd.I, M.Pd, Ketua Tanfidhiyah MWC NU Kecamatan Jepara dan diserahkan kepada Ketua Lesbumi Jepara Ngateman SE.

Menurut Indria Mustika, paling tidak ada tujuh nilai keutamaan yang telah mulai dirumuskan oleh Yayasan Kartini Indonesia bersama para pegiatan budaya lainnya. “Kami menyebutnya Sapta Keutamaan Niai RA Kartini yang terdiri dari emansipatif, nasioalis, kritis, kreatif, optimis, bersahaja dan ujur. Dari nilai utama itu ada 37 nilai turunannya,” ujar Indria Mustika. Harapan kami nilai-nilai itu terus didiskusikan agar dapat disepakati sebagai niai bersama, tambahnya.

blank
Pemotongan tumpeng oleh Ketua Lembaga Pelestari Sejarah dan Budaya Jepara, Drs Inga Tejo Sutoto dan diserahkan kepada Sudi Haryanto

Sementara Hadi Priyanto mengungkapkan gagasan dan pemikiran RA Kartini yang telah menjadi inspirasi para pemuda pergerakan.
“Oleh para pemuda pergerakan yang ada di STOVIA, RA Kartini dipanggil sebagai Ayunda, tempat dimana mereka menyampaikan persoalannya. Disamping itu Kartini juga menjadi pendiri Jong Java dan telah memercikan api kemerdekaan di tengah-tengah bangsanya,” ujar Hadi Priyanto.

blank
Kepala SMAN 1 Naumsari Jepara Ida Fitriningsih, M.Pd saat menyampaikan gagasannya

Bahkan  Dokter Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantoro juga menjadikan gagasan RA Kartini  sebagai inspirasi perjuangannya. “Konsep kebangsaan  yang digagas Kartini menjadi inspirasi dr Cipto Mengunkusumo. Bahan kemudian didirikan Raden Ajeng Kartini Studi Club, tempat dr Cipto dan  pemuda pergerakan diskusi tentang cita-cita kemerdekaannya,” ungkap Hadi Priyanto.

blank
Ketua DKD Jepara, Kustam Eka Jalu yang mempersembahkan puisi untuk RA Kartini ( Foto : Kanal Budiarto )

Ia juga mengugkapkan, Nota Berilah  Jawa Pendidikan yang ditulis oleh RA Kartini dan ditujukan kepada Pemerintah Belanda yang berisi 15 aspek nilai dasar mulai nilai keadilan, nilai pendidikan, nilai emensipasi wanita hingga modernisasi bangsa juga nampak jelas dilanjutkan dalam konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Sederet kecemasan

“Jika tidak dipersiapkan dengan baik, puluhan ribu ibu-ibu muda  yang harus bekerja di pabrik-pabrik  dan meninggalkan pendampingan dan pengasuhan  anak-anaknya dirumah bisa menjadi persoalan dalam pembangunan karakter anak,” ujar Ida Fitriningsih, M.Pd, Kepala SMAN 1 Nalumsari.

blank
Pegiat sastra Jepara Aminan Basyarie saat membawakan puisi karya almarhumah Diah Hadaning, sastrawan asal Jepara. (Foto : Kanal Budiarto )

Padahal karakter atau budi pekerti ini menurut RA Kartini dan Ki Hajar Dewantor sangat penting dan  harus menjadi gerakan bersama  pilar  dasar pendidikan,  yaitu keluarga, sekolah  dan masyarakat  untuk menciptakan generasi yang unggul dan mandiri. “Hasil dialog semacam ini hendaknya bisa disampaikan kepemerintah sebagai sebagai  rekomendasi dan usulan,” ujar Ida Fitriningsih.

blank
Penyerahan tumpeng oleh pegiat budaya, Suwandi kepada Sunardi KS

Sementara, Faturohman justru cemas terhadap pelestaran seni ukir yang pernah dirintis oleh Kartini hingga dapat berkembang menjadi kekuatan Jepara. Kini  tidak banyak anak muda yang mau belajar seni ukir

“Kalau dulu ada ST,   STM  dan SMIK yang memiliki jurusan Seni Ukir  kini tidak ada lagi. Pelestarian alamiah oleh keluarga pengrajin juga semakin berkurang. Muatan lokal ketrampilan seni ukir di satuan pendidikan juga tidak ada lagi. Pemerintah harusnya turun tangan dan tidak membiarkan,” ujar Faturohman.

blank

Sedangkan Lala Malabis, berharap disamping gasasan  RA Kartini, peninggalannya juga harus dilestarikan, termasuk terjemahan Al Qur’an dalam bahasa Jawa  yang diberikan oleh KH Soleh Darat kepada Kartini. “Sebab ini salah satu momentum pendidikan Islam di Indoesia,” ujar Lala Malabis. Juga penting untuk membangun silaturahmi dengan trah langsung RA Kartini.

Ulil – Alvaros

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini