SEMARANG (SUARABARU.ID)– Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengalokasikan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) 2021, dengan sasaran luas lahan 20 ribu hektare. Kuota itu diperuntukkan 29 kabupaten, yang sawah padinya memiliki risiko bencana tinggi dan serangan hama.
Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jateng, Tri Susilarjo mengatakan, alokasi AUTP di Jateng diperuntukkan bagi petani miskin. Seluruh biaya keikutsertaan AUTP yang berasal dari anggaran APBD Provinsi Jateng, digratiskan.
”Kalau total AUTP Provinsi diakumulasikan dari tahun 2019 mencapai 100 ribu hektare. Kegiatan AUTP dari APBD sifatnya untuk penanggulangan kemiskinan. Semua premi yang ditanggung itu, dibayarkan provinsi,” kata Tri di Semarang, Selasa (23/2/2021).
BACA JUGA: Covid-19 di Kabupaten Magelang, Bertambah Jumlah Warga Terkonfirmasi
Dia menambahkan, tujuan pemberian AUTP adalah, melindungi petani dari gagal panen atau puso. Ada pun 29 kabupaten yang tahun ini diprioritaskan mendapat kuota di antaranya, Sragen, Grobogan, Pemalang, Brebes, Kudus, Demak, Kebumen, Purworejo, Blora, Sukoharjo, Klaten dan Wonogiri.
Tri memaparkan, kriteria sawah padi yang dapat diasuransikan, adalah yang rentan tersapu banjir, kekeringan atau diserang hama. Ketika terkena bencana, nantinya akan ada tim penilai yang turun. Ketika tingkat kerusakan sekitar 75 persen, maka klaim akan bisa cair.
”Kalau untuk AUTP dari Provinsi, maksimal luasan yang bisa diasuransikan 0,5 hektare. Karena kita ingin membantu petani yang kurang mampu. Sementara klaimnya jika puso adalah Rp 6 juta per hektare per musim tanam,” sebutnya.
BACA JUGA: Gunakan Analitik CCTV, Genangan di Simpang Lima Kering Dalam 2 Jam
Dijelaskannya, program AUTP Provinsi Jateng ini, juga disinergikan dengan AUTP yang berasal dari APBN. Tahun ini, jumlah luasan sasaran asuransi padi, dari pemerintah pusat adalah 156.350 hektare.
”Perbedaannya, kalau yang dari APBN masih diminta untuk bayar premi 20 persen dari total premi sebesar Rp 180 ribu per hektar per musim tanam, atau sebesar Rp 36 ribu. Kalau dari pemerintah pusat, program ini sudah mulai sejak 2015. Selain itu, luasan lahan yang bisa ditanggung sampai dua hektare,” imbuhnya.
Seorang petani asal Klaten, Karno, mengaku terbantu dengan AUTP. Dia menyebut, sebelum ikut asuransi dia sering menjual barang untuk menutup ongkos produksi.
”Kalau banjir sampai tiga hari tidak surut. Kemarin ada yang kena hama wereng dan tikus. Dulu sebelum ikut AUTP, saya sampai jual sepeda untuk menutupi ongkos produksi setelah gagal panen. Tapi kini setelah ikut, ya bisa untuk membeli benih,” pungkas warga Desa Pugeran, Kecamatan Karangdowo, Klaten ini.
Riyan-Sol