blank
Ali Makin rutin mengecek kandang-kandang burung yang diternaknya. Foto : Hana Eswe.

GROBOGAN (SUARABARU.ID) –Bermodalkan sepasang burung jenis anggungan senilai Rp 1 juta, Ali Makin menghasilkan laba puluhan juta rupiah. Warga Desa Ringinkidul, Kecamatan Gubug ini mengembangkan usahanya di bidang peternakan burung untuk menopang kehidupan keluarganya.

Sebuah lahan di samping pekarangan rumahnya dipergunakan untuk menempatkan beberapa kandang burung anggungan tersebut. Bahar Bird Farm, demikian ia menamai peternakannya itu.

“Sudah dua tahun yang lalu, saya menekuni usaha ini. Modal awalnya sepasang burung derkuku dengan harga satu juta rupiah yang diimpor dari Thailand, kira-kira 20 bulan lalu dan hingga sekarang, peternakan ini masih terus berjalan,” jelas Ali Makin.

Tekad pria yang juga berprofesi sebagai guru ini membuatnya optimis. Ia yakin semua burung yang diternaknya ini akan berkembang semakin banyak.

blank
Dari sepasang burung berkembang menjadi puluhan burung. Foto : Hana Eswe.

“Dari sepasang burung derkuku ini, berkembang jadi 15 pasang. Dari 15 pasang ini berkembang lagi dan sampai saat ini mampu meghasilkan 70 pasang ekor burung dengan tujuh jenis burung anggungan. Semua jenis ada di sini seperti puter pelung kelas lomba, kelas hias. Kemudian, ada derkuku lokal, derkuku warna hingga perkutut bangkok dan warna yang diimpor dari Thailand,” tambah Ali Makin.

Ali menjelaskan, penjualan jenis burung perkutut lebih banyak diambil bakul dan warga desa sekitar. Sedangkan untuk burung jenis derkuku warna, ia menjualnya lewat media sosial. Hal tersebut dilakukan sebab warga Kabupaten Grobogan belum terlalu mengenal burung jenis ini.

“Kalau untuk burung derkuku warna, saya jualnya lewat media sosial, sebab burung jenis ini belum begitu ngetrend di kalangan masyarakat Kabupaten Grobogan. Saya jual lewat media sosial dan banyak yang membeli dari luar kota, ada yang dari lingkup Pulau Jawa, Bali dan Madura,” tambah Ali Makin.

Hingga Rp 5 Juta

Ali menjelaskan, harga tujuh jenis burung yang diternakkan tersebut bervariasi. Mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 5 juta per ekornya. Ia mencontohkan, burung perkutut dijualnya dengan harga Rp 200 ribu – Rp 1 juta. Sementara, jenis puter pelung dijualnya mulai dari harga Rp 500 ribu – Rp 2 juta.

“Derkuku lokal jenis kuk 345 yang merupakan jenis burung paling langka dijual dengan harga Rp 3 juta. Kalau derkuku warna, saya jual mulai dari Rp 1-5 juta,” tambahnya.

Menurun

Pandemi Covid-19 ternyata memberi pengaruh besar bagi Ali Makin. Terutama dalam hal pendapatan.

Sebelum pandemi, ia mendapatkan laba hingga Rp 15 juta per bulan. Namun, di tengah pandemi ini, pendapatannya menurun hingga Rp 10 juta per bulan. Hal tersebut dikarenakan rendahnya daya beli masyarakat di tengah pandemi ini.

“Di Desa Ringinkidul ini, saya dikenal satu-satunya peternak burung jenis anggungan ini. Namun, saya berharap agar warga di sekitar saya, maupun warga dari daerah lain bisa mengikuti langkahnya sebagai peternak burung jenis ini. Saya juga tidak pelit untuk membagikan ilmu bagaimana cara beternak burung anggungan ini. Dimulai dengan modal kecil, jika kita tekun, maka dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Apalagi di tengah pandemi saat ini,” pungkasnya.

Hana Eswe.