blank
Ilustrasi. Foto: Ist

SEMARANG (SUARABARU.ID)Anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Seiring perkembangan zaman akibat pengaruh globalisasi teknologi pada era rovolusi industri 4.0, sudah menjadi sebuah kebutuhan bahwa anak-anak pada jenjang pendidikan dasar sudah tidak asing lagi dengan yang namanya smartphone atau gawai.

Dalam hal ini peran orang tua sebagi pendidik utama di rumah dan guru sebagai pendidik di sekolah harus memberikan teladan, mendidik, dan mengajar anak-anak secara profesional dengan pendidikan Islami sesuai masa kini.

Tahukah anda bagaimana pendidik yang seperti itu? Orang tua sebagai pendidik utama harus memberikan pendidikan sedini mungkin, bahkan saat masih dalam kandungan sekalipun, dan terus berlanjut saat usia emas seorang anak (the golden years/golden ages).

Pada masa itu anak-anak menunjukkan rasa ingin tahunya yang sangat luar biasa dan semangat belajar yang sangat tinggi. Mengingat pentingnya usia dini dalam mendidik anak maka para orang tua harus selalu ingat dan memperhatikan, jangan sampai masa keemasan itu terlewatkan begitu saja.

Ketika beranjak dewasa anak-anak juga membutuhkan bimbingan karakter yang Islami. Peran orang tua pada masa itu adalah memberikan contoh secara langsung kepada anak. satu contoh saja, ketika kita menyuruh anak kita untuk sholat dan mengaji. Caranya bukan dengan memerintah mereka secara tegas, tetapi dengan mengajak mereka untuk shalat berjamaah dan setelah itu mengaji bersama. Karena sifat alamiah seorang anak adalah peniru yang sangat hebat.

Guru sebagai pendidik juga harus mempunyai prinsip-prinsip dasar dalam mendidik. Seorang guru tidak hanya perlu pintar dalam bidang keilmuannya saja, melainkan juga harus memahami makna pendidikan secara utuh dan mendalam. Bisa memahami karakteristik, menemukan potensi apa yang dimiliki peserta didiknya dan memberi pengarahan untuk mencapai sebuah kesuksesan.

Selain meningkatakan kemampuan siswa dalam pelajarannya seorang guru juga wajib menyelipkan pendidikan karakter di dalamnya, karena orang pintar akan menjadi musibah tanpa akhlak yang baik.

Dalam hal ini seorang guru di tuntut melakukan sistem pembelajaran yang kreatif, memotivasi, menggugah rasa ingin tahu dan memberikan ruang bagi anak didiknya untuk menyalurkan dan mengembangkan kreativtasnya.

Supaya sistem pengajarannya menjadi tidak membuat bosan anak didiknya. Jika anak didik bosan, mereka pergi ke sekolah pun akhirnya hanya sekedar memenuhi kewajiban bukan atas keinginannya.

Maka tidak heran bahwa banyak anak didik yang membolos dari sekolah dan lebih memilih ke warnet dan sebagainya. Dengan adanya teknologi yang semakin hari semakin canggih.

Guru harus bisa memanfaatkannya menjadi sebuah alat untuk memudahkan aktivitas pembelajaran, misalnya pada saat kegiatan evaluasi harian, dengan memberikan kuis kepada anak didiknya melalui pengemasan games online dalam quiziz.com, kahoot.com, atau Learning Management System (LMS) lainnya yang merupakan aplikasi berasaskan-web yang mampu mengakomodir pembelajaran elektronik yang sangat disukai anak, menyampaikan hasil pembelajaran secara real dan cepat, juga terintegrasi layanan teknologi.

Kemajuan teknologi di segala bidang membawa dampak positif dan negatif bagi anak didik. Anak-anak “zaman now” yang sejak kecil sudah akrab dengan yang namanya teknologi.

Ada beberapa yang menganggap teknologi adalah kehidupan kedua bagi mereka, anak didik “zaman now” tak bisa hidup tanpa teknologi salah satunya adalah smartphone.

Di sini peran orang tua dan guru adalah memberikan pengarahan terkait kebermanfaatan teknologi tersebut yang salah satunya adalah smartphone, sering memberikan arahan  mana yang baik dan yang tidak baik.

Peran seorang guru hanya sebagai pengarah maka untuk memaksimalkannya dibutuhkan peran aktif dari orang tua untuk membatasi dan mengawasi penggunaan smartphone anaknya. Maka harapannya adalah generasi muda terdidik sesuai dengan zamannya dan menjadi penerus yang bisa memajukan bangsa Indonesia. Semoga…