KUDUS (SUARABARU.ID) – Perpustakaan Universitas Muria Kudus (UMK) melaksanakan re-akreditasi dengan menghadirkan dua asesor lapangan guna melakukan verifikasi, validasi dan klarifikasi terhadap data dan informasi yang tertulis pada Laporan Evaluasi Diri (LED). Sebagai informasi, Perpus UMK sebelumya sudah memperoleh akreditasi A.
Dalam kesempatan itu, Ketua Pengurus Yayasan Pembina UMK (YPUMK), Tono Martono, S.H. menyampaikan, untuk mencapai standar akreditasi tidaklah mudah. Dibutuhkan kerja keras, kolaborasi, dan komitmen dari seluruh pihak, mulai dari pimpinan universitas, tim pengelola perpustakaan, hingga para pengguna layanan perpustakaan.
“Oleh sebab itu, kami memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada tim perpustakaan Universitas Muria Kudus atas dedikasi mereka dalam mempersiapkan proses akreditasi ini,” tutur Ketua Pengurus YPUMK.
Sementara itu, Rektor UMK, Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. mengungkapkan, proses akreditasi perpustakaan hari ini merupakan salah satu bentuk komitmen Universitas Muria Kudus dalam menjaga mutu layanan akademik dan memastikan bahwa perpustakaan kita telah memenuhi standar nasional yang ditetapkan.
“Akreditasi ini bukan hanya sebuah penilaian, tetapi juga sebuah langkah untuk meningkatkan kualitas dan daya saing Universitas Muria Kudus di tingkat nasional maupun internasional,” tegas Rektor.
Menambahkan, Kepala Perpustakaan UMK, Hayu Mariana Sulistiawati, S.E. optimistis Perpustakaan UMK akan meraih akreditasi “Unggul”. Mengingat sebelumnya Perpustakaan UMK telah terakreditasi A.
“Proses reakreditasi ini adalah bentuk tanggung jawab kami untuk terus meningkatkan mutu. Kami berharap dukungan dari seluruh sivitas akademika Universitas Muria Kudus, karena perpustakaan adalah milik kita bersama, dan semoga melalui proses ini, perpustakaan kita semakin relevan, inovatif, dan mampu memenuhi kebutuhan pengguna di era yang penuh tantangan ini,” harapnya.
Di sisi lain, asesor lapangan Dra. Adriati, S.IP serta Mery Rosmala, S.Sos. menyampaikan, kendati sekarang kita memasuki era digital, dimana segala sumber informasi bisa diakses melalui internet, akan tetapi hal itu tak lantas membuat perpustakaan disepelekan.
“Memang segala informasi bis akita akses melalui google dll, tetapi kikta juga tidak bisa memfilter apakah artikel yang kita peroleh melalui google itu berasal dari sumber yang valid atau tidak. Maka, perpustakaan ini merupakan investasi yang berharga,” tutupnya.
Ali Bustomi