blank
Sebagian peserta Wungon 145 tahun Drs RMP Sosrokartono,

JEPARA (SUARABARU.ID) –  Jepara memiliki sejumlah tokoh sejarah yang berperan besar dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Namun sejauh ini belum nampak  politik will  yang kuat dari para pemangku kepentingan untuk melakukan pewarisan semangat dan gagasannya melalui lembaga pendidikan. Sebab kurikulum lokal dinilai  kurang adaptif terhadap upaya ini

blank
Drs Suwandi saat menyampaikan usulannya

Simpulan ini mengemuka dalam dialog budaya yang digelar dalam rangka Wungon 145 tahun Drs RMP Sosrokartono, Sabtu (94-2022) di aula Musium RA Kartini. Acara yang dipandu oleh Wienarto ini diselenggarakan untuk memperingati hari  kelahiran Drs RMP Sosrokartono.

Acara dibuka dengan tahlil oleh Ketua Tanfizdiyah MWC NU Jepara, Kyai Aunur Rofiq. Dalam acara  yang    ini diikuti oleh aktivis pelestari budaya dan sejarah Jepara ini,  pemantik diskusi adalah Hadi Priyanto.

blank
Wienarto pemandu dialog

Drs RMP Sosrokartono yang lahir di Mayong 10 April 1877  adalah kakak kandung RA Kartini. Dalam panggung sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia  ia memiliki peran cukup penting. Bahkan Presiden RI, Ir Soekarno menyebutnya sebagai putra Indonesia yang besar. Ia juga tercatat sebagai pendiri organisasi Perhimpunan Indonesia di Belanda dan aktif dalam dunia pergerakan setelah kembali ke tanah air tahun 1925 hingga ia wafat pada

“Harapan kami, tokoh-tokoh sejarah yang berasal dari Jepara seperti  Ratu Kalinyamat, RA Kartini, dr Cipto Mangunkusumo, dr Gunawan Mangunkusomo dan Drs RMP Sosrokartono ini bisa menjadi bagian dari muatan lokal kurikulum di sekolah,” ujarnya.

Dengan demikian para pelajar tidak hanya mengenal sosoknya, tetapi yang terpenting adalah gagasan dan semangatnya dalam berjuang. Harapannya mereka bisa  memetik gagasan dan semangatnya serta  menjadikannya sebagai  motvasi kolektif. “Karena itu untuk mengenang para tokoh pejuang ini, kita tidak boleh hanya berhenti pada serimonial dan kemeriahan saja,”   ujar Suwandi, mantan Kepala SLB Jepara.

blank
Indriaustika saat menyerahkan  buku karyanya untuk Perpustakaan RA Katini Welahan

Sementara menurut  budayawan Jepara Sunardi KS,  buku tentang tokoh-tokoh ini sangat penting  sebagai media pembelajaran sejarah yang efektif. “Jika tidak ditulis, maka anak-anak tidak tau apa yang harus diwarisi dari seorang tokoh,” ujarnya. Pernyataan ini didukung oleh Hanif Hidayatulah, salah satu aktivis pelestari budaya dan sejarah Jepara.

blank
Nur Hidayat saat serahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini

“Jika tidak ditulis, maka keberanian Drs RMP Sosrokartono dalam menyuarakan perlawanannya terhadap penjajahan yang disampaikan di jantung kolonialisme di Belanda tidak pernah diketahui. Apalagi diwarisi semangat dan gagasannya,” ujar Hanif. Karena itu kami sangat mendukung adanya kurikulum lokal yang memasukkan sejarah tokoh-tokoh lokal Jepara.

blank
Aliva Rosdiana saat menyerahkan buku untuk Perpustakaan RA Kartini

Dukungan juga muncul dari Dampar Pangatasan. “Disamping buku, diskusi-diskusi juga sangat penting dilakukan untuk memperkuat upaya pewarisan nilai dan semangat perjuangan,” ujarnya.

Sementara    Abdul Rozaq Assowy  menilai Drs Sosrokartono adalah sosok yang terpilih oleh Hyang Maha Kuasa untuk menebarkan kebaikan dan kebajikan ditengah masyarakat dan bangsanya melalui laku dan ajarannya. “Karena itu wajar jika ada ikhtiar bersama untuk belajar dari ajaran-ajarannya,” ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Mujiono. “Agar ajaran dan gagasannya bermakna bagi masa sekarang dan masa depan maka disamping buku dan kurikulum,  ruang-ruang-ruang diskusi sangat penting untuk dilakukan,” ujarnya.

Sementara Nur Hidayat, Ketua Komisi C DPRD Jepara yang juga hadir pada acara tersebut berjanji akan menyampaikan usulan memasukkan  tokoh-tokoh sejarah dari Jepara dalam kurikulum muatan lokal. “Kami akan terus mendorong para pemangku kepentingan untuk benar-benar memperhatikannya,” ujarnya

Wungon 145 tahun Drs RMP Sosrokartono juga ditandai dengan penyerahan sejumlah buku untuk perpustakaan RA Katini, Desaileng Singolelo, Welahan dari Indria Mustika, Hadi Priyanto, Nur Hidayat dan Aliva Rosdiana.

Hadepe