JEPARA (SUARABARU.ID) – Lomba menulis essai tentang hormat bendera dalam Islam serta menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk menyambut hari santri yang selenggarakan oleh BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) direspon pejoratif atau merendahkan oleh sebagian masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Mayadina RM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UNISNU Jepara terkait dengan adanya berbagai tanggapan miring terkait dengan lomba essai yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Menurut Mayadina RM, pada kelompok ini mereka menilai tema lomba itu merupakan bentuk dari islamophobia atau rasa takut terhadap Islam. Sebagian yang lain mengatakan BPIP mengidap skizofrenia atau gangguan mental yang mempengaruh cara berfikir, merasa dan bertindak. Mereka menilai tema itu tidak mencerminkan kondisi dan problematika faktual kebangsaan.
“Penilaian macam ini terlalu berlebihan dan tidak relevan. Pertama, tema itu merupakan hal yang lumrah dan justru kontekstual. Kami pandang lumrah karena tema ini mewakili sebagian masyarakat yang tidak tahu atau mempertanyakan kaitan hormat bendera dengan agama,” ujar Mayadina
Ia lantas menjelaskan, mengapa lomba tersebut kontekstual ?. “Karena masih ada anggapan yang membenturkan antara ekspresi nasionalisme dengan keyakinan agama. Contohnya penghormatan terhadap bendera dengan mengagungkan Tuhan. Padahal itu dua hal yang berbeda,” terangnya.
Mayadina juga mengungkapkan, belum lama ini kerap kita dengar sejumlah lembaga pendidikan yang tidak melaksanakan hormat bendera dan tidak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya karena dinilai bertentangan dengan paham keagamaan yang diyakininya. Hormat bendera dan menyanyikan lagu Indonesia raya itu bukan sunnah Nabi alias bid’ah dan seterusnya.
Karena itu menurut Mayadina, dengan lomba ini BPIP justru akan menggali sekaligus merefleksikan khazanah pengetahuan Islam tentang bagaimana mengekspresikan kecintaan terhadap tanah air melalui berbagai bentuk tindakan seperti hormat bendera atau menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam sudut pandang Islam secara akademis.
Menurut Mayadina, para santri sebenarnya sudah sangat terbiasa dengan tradisi musyawarah dan bahtsul masail, memecahkan masalah tematik maupun bersumber realitas (waqi’iyah). Karya tulis santri juga sudah banyak dipublikasikan.
“Jadi lomba ini memiliki tujuan positif yaitu ingin mengajak santri dan masyarakat luas untuk merefleksikan dan menuliskan kembali tema ini dalam suatu kajian ilmiah dari sudut pandang keislaman,”ungkapnya
Ia lantas mejelaskan, ide dan gagasan yang termanifestasi dalam lomba ini akan menjadi percikan dari dimensi religiusitas yang terkandung dalam Pancasila. Internalisasi dari pertautan kajian keislaman dengan hormat bendera dan lagu Indonesia Raya akan memperkuat jadi diri rakyat dan bangsa Indonesia yang religius dan nasionalis sekaligus. “Keduanya, religiusitas dan nasionalisme menjadi satu tarikan nafas. Kami harapkan seperti itu tujuan dari lomba ini,” ujarnya.
Jadi menurut Mayadina, tema lomba ini sangat positif dan merupakan hal yang lumrah saja. Oleh karena itu, dengan senang hati kami ikut menyebarkan info lomba ini kepada mahasiswa Universitas Islam Nahdlatul Ulama Jepara dan komunitas santri via sosmed.
Hadepe