SURAKARTA (SUARABARU.ID) – Indonesia saat ini sebenarnya tengah dilanda gelombang ketiga covid-19. Hal itu dapat dilihat dari pertambahan kasus covid-19 yang melonjak drastis, RS yang kewalahan menerima pasien positif covid-19, dan banyak tenaga kesehatan (nakes) yang terpapar SARS-CoV-2, hingga ada yang meninggal.
“Kita pernah menjadi yang tertinggi dan terbanyak di Asia. Tetapi saat ini kita sedang turun. Posisi ini menggambarkan bahwasanya kita ada di gelombang ketiga. Hanya saja gelombang pertama seolah-olah tidak merasakan,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dr. Tonang Dwi Ardyanto dalam Wedangan Ikatan Keluarga Alumni (IKA) UNS, Rabu (21/7) malam.
Realita di lapangan menunjukkan, lanjut dr. Tonang Dwi Ardyanto, saat ini Instalasi Gawat Darurat (IGD) di sejumlah RS mengalami pertambahan antrean yang banyak. Sebagai gambaran di RS UNS, antrean di IGD bisa mencapai 20-25 orang. Di RSUD Moewardi sampai 60. Ada yang sampai di tenda, ada yang di selasar.
Pasien menunggu untuk kamar. Apabila pemerintah jadi melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang perlu diperhatikan adalah potensi terjadinya lonjakan kasus Covid-19, seperti dialami Inggris, Malaysia, India, termasuk Singapura yang dinilai sebagai negara paling berhasil menanggulangi pandemi covid-19.
Dicontohkan, merebaknya covid-19 varian delta yang berasal dari India membuat pertambahan kasus Covid-19 di Inggris dan Malaysia melonjak drastis, bahkan lebih tinggi dibandingkan Indonesia. “Perlu diperhatikan adalah angka kematian pasien akibat Covid-19 di Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malaysia dan Inggris,” kata dr Tonang.
Sebenarnya, kata Tonang, kita belum setinggi Malaysia dan UK tapi dalam hal kematian harus kita akui hampir mengalahkan Malaysia, walaupun kasusnya Malaysia lebih berlipat dari kita.
Pada bagian paparannya, pihaknya meminta pemerintah Indonesia banyak belajar dari negara-negara di dunia dalam pengambilan keputusan pembatasan aktivitas masyarakat dan vaksinasi covid-19. Pihaknya mendorong Kementerian Kesehatan menggencarkan tes covid-19 hingga 15 kali lipat dari standar yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Hal ini pernah dilakukan India saat Covid-19 varian Delta pertama kali merebak di negara tersebut. “Saat ini kita masih tinggi. Kalau antigen saja kita 29,1 persen. Kalau PCR 38,6 persen. Kemarin sempat 47,6 persen jadi belum stabil posisi kita,” tutur dr. Tonang.
Bagus Adji