“Ini ironis sekali, malah TPS yang ada diklaim oleh orang tertentu. Kami ingin punya wali kota yang bisa berinteraksi dengan masyarakat, mengurai persoalan masyarakat, dan memberi solusi. Kami tak ingin, sebagai salah satu kelurahan dengan warga yang banyak, Sendangmulyo hanya jadi pelengkap tiap pemilu. Permintaan kami sederhana, TPS yang dulu ada kembali jadi TPS,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan warga lain, Najib. Menurutnya TPS harus dibuka kembali. Selama ini, sampah rumah tangga warga Sendangmulyo dibuang ke wilayah Rowosari, Kecamatan Tembalang. Dia khawatir kalau nanti ada penolakan dari warga Rowosari, tak ada tempat untuk membuang sampah rumah tangga warga.
“Sendangmulyo selama ini tidak memiliki TPS, kalau dibawa ke Rowosari takutnya ditutup terus sampah kita dibawa ke mana. Persoalan sampah ini menjadi problem warga, termasuk karena membuangnya di Rowosari jadi iuran sampah pun naik karena kaitannya dengan transportasi,” katanya.
Menanggapi hal ini, Yoyok Sukawi menegaskan, pihaknya akan berjuang untuk mewujudkan keinginan warga Sendangmulyo. “Kami berdua akan menganalisa, jika memang ketentuannya sudah ada TPS, dan itu disalah fungsikan warga, jika nanti kami terpilih akan kami perjuangkan untuk mengembalikan fungsi TPS tersebut,” tegasnya.
Calon Wakil Wali Kota Semarang, Joko Santoso pun mengamini, bahwa pasangan Yoyok-Joss akan membawa visi Semarang Maju dan Bermartabat, dengan semangat kolaboratif dan berkelanjutan.
Joko menyatakan berupaya mengurangi sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan pengelolaan TPS 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle). Kalau dilakukan, bisa mengurangi folume sampah dari hulu sampai hilir.
Selain mencari solusi tentang TPS di Sendangmulyo, kami ingin warga juga membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), bank sampah, agar sampah dapat dipilah sebelum masuk ke tempat pemrosesan akhir.
“Tapi secara prinsip, soal TPS yang ada di Sendangmulyo, akan dikaji terlebih dulu. Kalau memang KRK-nya tempat sampah, kami akan berjuang untuk mengembalikan fungsinya sebagai TPS,” tegasnya.
Hery Priyono