blank
Seorang anggota Angkatan Bersenjata Republik Dominika menutup gerbang di perbatasan antara Malpasse, di Haiti, dan Jimani, di Republik Dominika, seperti yang terlihat dari Malpasse, Haiti, Selasa (17/3/2020). Haiti telah menunda penerbangan dari Eropa, Amerika Latin dan Kanada dan melaksanakan pembatasan di perbatasan dengan negara yang bertetangga dengan Republik Dominika untuk mencegah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19). Antara

MEXICO CITY (SUARABARU.ID)– Korban jiwa akibat infeksi virus corona baru (COVID-19) di Amerika Latin diperkirakan akan meroket menjadi 388.300 pada Oktober, kata para peneliti, Rabu.

Menurut para peneliti, Brazil dan Meksiko terlihat bertanggung jawab atas dua pertiga dari seluruh korban jiwa COVID-19 di Amerika Latin karena negara-negara lain di kawasan itu berupaya menahan penyebaran wabah mereka.

Kawasan Amerika Latin telah menjadi zona merah global baru untuk pandemi COVID-19 yang menyebar cepat karena kematian di kawasan itu melampaui 100.000 pada pekan ini, dan jumlah kasus COVID-19 telah naik tiga kali lipat dari angka 690.000 satu bulan lalu menjadi 2 juta.

Tingkat kemiskinan yang tinggi dan sektor informal yang besar – yang berarti banyak pekerja tidak dapat melakukan karantina – dikombinasikan dengan kepadatan penduduk di kota-kota dan pelayanan kesehatan publik yang tidak memadai, terutama untuk masyarakat pedesaan yang terisolasi, telah melumpuhkan perjuangan Amerika Latin untuk membendung penularan COVID-19.

Brazil diperkirakan akan mencatat lebih dari 166.000 kematian akibat COVID-19 dan di Meksiko mencapai 88.000, menurut perkiraan dari Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) Universitas Washington.

Argentina, Chile, Kolombia, Ekuador, Guatemala dan Peru masing-masing diperkirakan akan mencatat lebih dari 10.000 kematian, sementara 15 negara lainnya termasuk Paraguay, Uruguay dan Belize masing-masing mencatat kurang dari 1.000 kematian akibat COVID-19.

“Beberapa negara Amerika Latin menghadapi lonjakan kasus corona, sementara negara yang lain dapat membendung wabah infeksi corona secara efektif,” kata Direktur IHME, Dr. Christopher Murray.

Peneliti IHME memperingatkan bahwa korban jiwa akibat COVID-19 bisa melonjak bahkan lebih tinggi dari perkiraan yang sudah suram jika aturan mengenakan masker dan menjaga jarak sosial dilonggarkan.

Dalam skenario terburuk, jumlah korban COVID-19 bisa meningkat menjadi 340.476 orang di Brazil dan 151.433 orang di Meksiko, menurut laporan IHME.

Para pemimpin Brazil dan Meksiko telah didera karena tidak menganggap serius wabah virus corona baru dan mendorong untuk membuka kembali ekonomi mereka sebelum melakukan langkah ketat pencegahan penyebaran virus tersebut.

“Brazil berada pada titik kritis suram. … Kecuali dan sampai pemerintah mengambil langkah berkelanjutan dan tegas untuk memperlambat penularan, negara itu akan terus mencatat kenaikan kasus infeksi dan kematian COVID-19 yang tragis,” kata Murray.

Saat Presiden Brazil Jair Bolsonaro terus menganggap remeh keseriusan krisis kesehatan akibat wabah virus corona baru, negara terbesar di Amerika Latin itu telah mencatat hampir 1,2 juta kasus dan 53.830 kematian akibat COVID-19.

Menurut IHME, rantai penularan COVID-19 di masyarakat dapat dipotong setengahnya bila orang-orang mengenakan masker saat keluar meninggalkan rumah mereka.

“Peningkatan pengujian dan penggunaan masker adalah alat penting dalam mengurangi korban pandemi ini di Meksiko, selain menjaga jarak untuk memastikan kesehatan,” kata Dr. Rafael Lozano, Direktur Sistem Kesehatan di IHME.

Jika penggunaan masker naik menjadi 95 persen, Brazil bisa hanya mencatat sedikitnya 147.431 kematian dan perkiraan jumlah kematian akibat COVID-19 di Meksiko bisa turun menjadi 79.652, kata para peneliti.

Ant/Muha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini