BINTAN (SUARABARU.ID) – Ratusan tenaga ahli yang bekerja di PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) tertahan di China untuk masuk ke Indonesia sehingga kemungkinan target perusahaan menyelesaikan pabrik smelter tidak tercapai.
Direktur Utama PT BAI Santoni, di Bintan, Sabtu, mengatakan aktivitas perusahaan tetap dilaksanakan pada masa pandemi COVID-19, namun kegiatan terhambat akibat kekurangan tenaga ahli.
“Ya, aktivitas perusahaan yang semakin terhambat lantaran sekitar 300 orang tenaga ahli yang dibutuhkan dalam membangun PLTU dan pabrik smelter tertahan di China,” ujarnya.
Kondisi tersebut semakin memburuk karena sekitar 500 orang tenaga ahli asal China yang masih bekerja di perusahaan itu ingin cuti. Pihak perusahaan terus-menerus membujuk mereka agar tidak cuti, karena khawatir mereka bisa kembali ke China, tetapi tidak dapat kembali ke Bintan.
Ia menuturkan PT BAI menargetkan pembangunan PLTU dan smelter untuk pemurnian batu bauksit dapat diselesaikan Desember 2020. Namun ia memastikan pihak perusahaan tidak mencapai target tersebut lantaran kekurangan tenaga ahli.
Kemungkinan pembangunan PLTU dan smelter paling cepat selesai pada Februari 2021. PT BAI mengalami kerugian akibat keterlambatan pembangunan smelter tersebut.
“Tenaga kerja asal China itu bukan pekerja biasa, melainkan tenaga ahli yang ditempatkan di proyek PLTU dan smelter,” ucapnya.
Santoni mengemukakan investasi yang ditanam perusahaannya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Bintan, itu mencapai Rp8 triliun. Target investasi PT BAI di Galang Batang mencapai Rp12 triliun atau tiga kali lipat dari anggaran daerah Kepulauan Riau.
“Ini investasi yang besar, yang seharusnya mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kami menunggu dan akan mengikuti kebijakan pemerintah dalam menangani investasi di masa pandemi COVID-19,” katanya.
Ant/Muha