KUDUS (SUARABARU.ID) – Dinas Sosial P3P2KB Kabupaten Kudus, akhirnya merealisasikan penempelan stiker terhadap 45 ribu rumah warga miskin penerima bantuan sosial dari pemerintah, Jumat (15/5). Hanya sayangnya, ukuran dan tulisan stiker tersebut terlalu kecil dan kurang bisa terbaca jelas.
“Penempelan hari ini merupakan simbolis karena selanjutnya dilaksanakan serentak di sembilan kecamatan di Kabupaten Kudus,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kudus Sunardi di sela-sela penempelan stiker di Kelurahan Wergu Kulon, Kecamatan Kota.
Ia menargetkan penempelan 45.000 stiker bisa selesai dalam waktu sepekan karena penempelannya melibatkan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK).
Jumlah stiker yang disediakan, kata dia, memungkinkan bertambah karena jumlah penerima bantuan di Kabupaten Kudus sendiri cukup banyak, mulai dari bantuan PKH, bantuan pangan non tunai (BPNT), rumah tidak layak huni (RTLH), penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan nasional, dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).
Hanya sayangnya, keterangan dalam stiker tidak terlalu jelas mencantumkan tulisan keluarga miskin. Dalam stiker hanya tertulis ‘Keluarga Pra Sejahtera, penerima bantuan sosial Pemkab Kudus’ dengan ukuran font tidak terlalu besar.
“Jika ada penerima manfaat yang sengaja merusak stiker tersebut, maka secara otomatis mengundurkan diri sebagai penerima bantuan,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut dia, stiker tersebut tidak boleh dirusak dan harus dijaga agar tetap dalam kondisi baik, sepanjang masih terdaftar sebagai penerima bantuan sosial dari pemerintah.
Menurut dia penempelan stiker tersebut sebagai bentuk transparansi dalam pemberian bantuan, sekaligus bahan evaluasi di masyarakat apakah yang menerima sudah tepat sasaran atau tidak. Ketika masyarakat juga ikut memantau dan mengawasi, setidaknya ketika ada kekeliruan dalam penyalurannya bisa menjadi bahan evaluasi.
Dwi Winarti, salah seorang penerima bantuan PKH asal Kelurahan Wergu Wetan, mengakui dirinya bersama suami memang tidak memiliki penghasilan tetap.
Kurang Greget
“Suami bekerja sebagai kuli bangunan tidak selalu ada pemasukan karena disesuaikan dengan ada tidaknya orang yang menggunakan jasanya, sedangkan saya juga hanya sekadar menjadi buruh serabutan sehingga tidak selalu memiliki penghasilan,” ujarnya.
Terkait penempelan stiker penanda menerima bantuan, dia mengaku tidak mempermasalahkan karena memang dirinya masih membutuhkan bantuan dan belum bisa hidup mandiri, mengingat masih memiliki empat anak usia sekolah.
Sementara, penempelan stiker tersebut menuai tanggapan miring dari aktivis sosial, Kholid Mawardi. Menurutnya, semestinya tujuan penempelan stiker untuk menjadi penyeleksi bagi warga yang bermodus mengaku-aku miskin agar dapat bantuan.
“Lihat ukuran dan tulisan yang tercantum, terlihat kurang, kurang memberi efek jera bagi warga kaya yang mengaku miskin,”tandasnya.
Oleh karena itu kata Kholid mendesak agar stiker yang dipasang tersebut bisa dirubah dulu desain dan tulisannya. Sebab, kalau menggunakan stiker yang ada saat ini, hanya akan membuang-buang anggaran.
“Tujuan utama stiker adalah untuk penyeleksi agar si kaya tidak mengaku miskin. Kalau stiker semacam ini tidak akan efektif,”tandasnya.
Tm-Ab