Oleh: Hani Werdi Apriyanti, SE,MSi, Ak,CA
JAWA TENGAH Tengah merupakan salah satu Provinsi yang terdampak Covid 19. Data kasus Covid-19 di Jawa Tengah mencapai 849 yang terkonfirmasi positif corona per 6 Mei 2020. Dari 849 positif Covid-19, 75 kasus meninggal dan 594 masih dirawat di berbagai rumah sakit, dan 180 sembuh. (corona.jatengprov.go.id) Berdasar keputusan Gubernur Nomor 360/3/tahun 2020, Jawa Tengah memberlakukan tanggap darurat Jateng sampai dengan 9 Mei 2020.
Melihat naiknya jumlah kasus positif Covid-19 di Jateng, Pemerintah provinsi dan masyarakat Jawa Tengah sepertinya tetap harus menmingkatkan kewaspadaan terhadap risiko penularan covid-19. Wabah covid 19 yang telah melanda Jawa Tengah sampai saat ini, mengakibatkan sejumlah permasalahan kesehatan, sosial, dan ekonomi. Tidak sedikit masyarakat Jawa Tengah yang mengalamai kesulitan ekonomi dan keugian harta benda, yang mengakibatkan terganggunya ketahanan ekonomi keluarga.
Physical distancing dan social distancing yang saat ini diberlakukan untuk penanganan dan pencegahan Covid -19, berdampak pada terbatasnya aktivitas manusia yang menyebabkan terganggunya aktivitas ekonomi masyarakat. Hal ini berdampak terhadap sektor transportasi, pariwisata, perdagangan dan kesehatan.
Terdapat empat sektor yang terdampak akibat wabah Covid-19 yaitu rumah tangga, UMKM, korporasi, dan sektor keuangan. Rumah tangga menjadi sektor yang pertama terdampak, dan paling rentan mengalami kesulitan ekonomi, dan kesulitan pangan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk membangun ketahanan ekonomi dan pangan keluarga di Tengah pendemik covid -19 ini.
Masyarakat Jawa Tengah sampai saat ini melakukan pembatasan aktivitas dan jarak sosial. Berdasarkan survey online yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 27 sampai 19 Maret 2020 terhadap 88 keluarga di wilayah yang positif covid 19 (Zona Merah) di Wilayah Jawa Tengah, sebesar 77,8 % responden telah melakukan social distancing dan sisafnya 22,2 % masih tetap keluar rumah tetapi dengan membatasi interaksi sosial.
Kondisi ini menggambarkan bahwa sebagian Besar masyarakat telah menjaga jarak sosial selama wabah covid -19. Berdasarkan hasil survey, kelompok responden 77,8 % ini merupakan kalangan menengah yang berpenghasilan antara 1 sampai dengan 3 juta, sedangkan sisanya adalah pekerja harian lepas dengan penghasilan yang tidak tetap.
Masyarakat kalangan bawah sebagai pekerja harian lepas harus tetap bekerja di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Bagi kalangan bawah yang bekerja sebagai pekerja harian lepas, maupun buruh pabrik mingguan, kondisi ini seperti memakan buah simalakama.
Pilihan tetap berada di dalam rumah atau keluar bagi mereka tetap bersiko. Tidak ada pilihan bagi mereka kecuali tetap bekerja (keluar rumah) untuk memproleh penghasilan demi memberi makan keluarga.
Siapa yang terdampak?
Pendemi Covid -19 berdampak terhadap berbagai hal dalam aktivitas ekonomi masyarakat. Pergerakan masyarakat menjadi melambat yang berdampak pada melambatnya pergerakan atau arus barang dan jasa.
Hal ini berdampak pada transaksi barang dan jasa lainya di masyarakat kalangan bawah yang berprofesi sebagai pekerja harian lepas, khususnya pedagang kali lima dan ojek online. Dengan menurunya pergerakan manusia, transaksi barang dan jasa juga menurun.
Frekuesni transaksi ekonomi pada masa social distancing mengalami penurunan. Hal ini berdampak pada menurunya penghasilan yang diterima oleh masyarakat yang berprofesi sebagai pekerja harian lepas. Terdapat sekitar 12% masyarakat yang berpenghasilan kurang dari 1 juta rupiah termasuk pekerja harian lepas sebesar 6,9% yang sangat rentan, dan berpotensi mengalami permasalahan ekonomi dan pangan.
Terlebih keluarga di Jawa tengah bisanya adalah keluarga dengan anggota yang cukup besar. Sesuai hail survey, 61,2% adalah keluarga yang terdiri dari 4-6 anggota keluarga. Artinya, kebutuhan pokok yang harus ditanggung oleh keluarga, cukup besar.
Selain itu, keluarga yang berada di garis menengah dengan pendapatan tetap per bulan 1-3 juta (37,3 %), merupakan kelompok rentan kedua yang dapat berpotensi terganggu kondisi ekonomi dan pangan, jika pendemik ini terus berlanjut.
Ketahanan Ekonomi Keluarga
Kelompok yang paling rentan yaitu pekerja harian lemas harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan pokok. Namun, di tengah pendemik ini, mencari penghasilan sangat sulit bagi mereka.
Kondisi ini mengancam kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok. Terdapat sekitar 43,5 % keluarga di Jateng yang merasa kurang mampu memenuhi kebutuhan ekonomi selama terhjadinya wabah covid 19. Kondisi ini menggambarkan bahwa Keluarga di Jawa Tengah berpotensi terganggu kondisi ekonominya.
Terlebih berdasarkan jawaban responden, 45,9 % tidak memiliki sumber alternatif tambahan penghasilan lain di luar penghasilan utama mereka. Lemahnya kemampuan memenuhi bahan kebutuhan pokok juga ditunjukkan dengan hanya sekitar 7,1% yang memiliki stok bahan makanan yang cukup selama endemik ini.
Sebagian besar masyarakat (82,4%) memenuhi kebutuhaan, pokok sesuai kebutuhan harian. Cara berbelanja ini mengindikasikan bahwa mereka tidak memilki sumber penghasilan cukup untuk membeli kebutuhan pokok selama pendemik.
Plihanya bagi mereka adalah berbelanja kebutuhan pokok dengan cara harian sesuai dengan penghasilan yang diperoleh pada hari itu. Selain itu, cara berbelanja harian dirasa lebih aman, karena mereka hanya mengandalkan pendapatan dari gaji. Lebih dari 60% masyarakat tidak memiliki tabungan yang dapat digunakan jika terjadi kesulitan ekonomi.
Dengan berbagai kondisi tersebut, masyarakat yang masuk dalam kategori pekerja hardan lepas dan masyarakat kelas menengah terancam ekonominya. Jika kondisi ini terus dibiarkan dapat berpotensi mengganggu ketahanan pangan keluarga d Jawa Tengah.
Ketahanan Keluarga
Jika kita merujuk pada indiaktor ketahanan keluarga yang dikeluarkan oleh Kementrian Pemberdayaan, ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur ketahanan ekonomi keluarga.
Beberapa indikator yang dapat digunakan adalah kecukupan pendapatan perkapita keluarga, kemampuan pembiayaan pendidikan anak, kepemilikan tabungan, kepemilikan tempat tinggal, dan jaminan kesehatan keluarga.
Semua indikator itu harus tetap dijaga agar keluarga mampu bertahan selama dan setelah pendemic covid -19. Berbagai upaya harrus dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi keluarga di Jawa Tengah.
Pemerintah telah melakukan re-focusing penganggaran dan meluncurkan paket Stimulus Fiskal jilid I dan jilid II untuk mengurangi dampak akibat pandemik COVID-19. Salah satu prioritas utama Pemerintah dalam penanganan dampak covid 19 adalah dukungan untuk msyarakat dengan penguatan jaring pengaman sosial.
Stimulus fiskal tahap I sebesar Rp8,5 triliun untuk sektor-sektor yang terdampak langsung akibat pandemik COVID-19 salah satunya adalah kenaikan untuk manfaat Kartu Sembako sebesar Rp50.000 per bulan selama 6 bulan. Pemerintah juga telah mengeluarkan kebijakan Stimulus fiskal tahap II untuk menjaga daya beli masyarakat.
Kebijakan ini tentu saja harus dimbangi dengan upaya proaktif lain dari masyarakat. Masyarakat di Jawa Tengah harus melakukan berbagai cara kreatif untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan pangan keluarga.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh keluarga untuk bertahan di tengah pendemik ini, yaitu menjaga keuangan keluarga dengan baik, menciptakan alternatif sumber tambahan penghasilan, dan memenuhi kebutuhan pangan secara kreatif.
Menjaga kondisi keuangan di tengah pandemi ini sangat penting bagi ketahanan ekonomi keluarga. Masyarakat harus bijak dalam membelanjakan uang, dengan menjaga skala priorititas pada pemenuhan kebutuhan pokok saja dengan seimbang.
Tidak perlu menimbun bahan kebutuhan pokok secara berlebihan, yang penting dipastikan mencuupi kebutuhan keluarga. Selain itu, masyarakat harus belajar untuk menahan berbagai keinginan terhadap kebutuhan lain yang masih dapat ditunda.
Hal ini sangat penting untuk menjaga kecukupan pangan masyarakat di Tengah pendmeik covid -19. Masyarakat juga dapat secara kreatif mengubah kondisi ancaman saat ini menjadi peluang untuk menciptakan sumber penghasilan tambahan dengan mmanfaatkan media pemasaran online.
Ide-ide unik seperti produksi masker skala rumah tangga, jasa catering sahur dan buka puasa sehat,dan ide lainya dapat menjadi sumber tambahan bagi keuangan keluarga. Cara lain yang cukup menarik adalah dengan gerakan menanam sayuran di rumah.
Masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam berbagai macam sayuran untuk memenuhi kebutuhan harian sayuan keluarga. Cara tersebut dapat membantu keluara agar ketahanan ekonomi dan pagan tetap terjaga.
Upaya pemerintah dan masyarakat secara bersama paling tidak dapat membantu mengurangi potret masyarakat kalangan bawah yang berprofesi sebagai pekerja harian lepas yang sangat rentan mengalami gangguan ketahanan ekonomi dan pangan.
Kebutuhan pokok masyarakat harus diprioritaskan dengan kebijakan Pemerintah yang berpihak pada masyarakat. Berbagai upaya yang harus terus dilakukan adalah konsisten terhadap karantina lokal sejumlah daerah yang positif corona, pemenuhan kebutuhan terhadap alat kesehatan, pemberian bantuan kebutuhan pokok pada masyarakat terdampak covid-19, implementasi kebijakan relaksasi hutang bagi masyarakat terdampak, dan edukasi masif covid-19. Optimisme harus tetap dijaga selama pendemik ini, agar persoalan Covid 19 di Jawa Tengah dapat diselesaikan.
(Hani Werdi Apriyanti, SE,MSi, Ak,CA. Dosen Di Fakultas Ekonomi UNISSULA)