Djati Walujastono
Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disingkat Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, salah satu jenis virus corona. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernafas.
Kejadian ini tentu sangat berpengaruh kahir-akhir terhadap sendi kehidupan di dunia. Satu-satunya info kematian yang tiap hari diumumkan baik di Indonesia maupun di negara lain adalah kematian yang disebabkan oleh Covid-19.
Padahal banyak penyebab kematian yang berasal dari penyakit kronis lain misalnya kanker, stroke, TBC, Aids, gagal ginjal, kematian karena korban kriminal, kecelakaan dan lain-lain yang tidak diumumkan seperti kematian karena Covid-19..
Covid-19 adalah jenis virus baru yang pertama kali mewabah di Wuhan, China sekitar akhir Desember 2019.
Menurut para peneliti ahli virus ternyata covid-19 merupakan mutasi yang ke 2 dari virus corona itu sendiri. Dan dimana apa yang terjadi di China sangat berbeda dengan covid-19 yang menyebar di Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Negara lainnya.
Tentu ini adalah hasil penelitian dari para ilmuwan dari Cambridge University yang sudah melacak asal mula wabah covid-19.
Para ilmuwan tersebut sudah mengadakan penelitian dari 160 genom dari para pasien yang selama ini kena covid-19 dan mereka telah mengidentisifikasi saat ini adalah tiga jenis virus Covid-19, yaitu virus corona tipe A, B, dan C.
Penyebaran dan mutasi covid-19 ini sangat berbeda di satu negara dengan negara yang lain. Apalagi peneliti Dr Peter Foster mengatakan bahwa tidak ada bukti yang menyatakan covid-19 ini yang mewabah diseluruh dunia adalah dari Wuhan, meskipun pertama kali kejadiannya adalah di Wuhan.
Seperti covid-19 tipe A banyak ditemukan di Amerika Serikat, Australia, Spanyol, Chile, dan sebagian kecil China,. Tipe A ini adalah nenek moyang dari covid-19 dan punya hubungan dengan virus corona yang ditemukan pada kalelawar dan trenggiling, sedangkan tipe B berasal dari mutasi tipe A dan banyak tersebar di Asia Timur, Jepang, Brasil, Perancis Inggris, Belgia, Jerman, Kanada, Denmark, Finlandia, dan sebagian besar di China dan tipe B bermutasi menjadi tipe C.
Sedangkan Hongkong, Singapura, Korea Selatan dan Itali banyak covid-19 tipe C. Bagaimana tipe Covid-19 di Indonesia? Belum ada laporan penelitian tentang tipe Covid-19 di Indonesia.
Tetapi perkiraan, virus Covid-19 yang beredar di Indonesia bisa dari lokasi negara yang terdekat yaitu Singapura yaitu tipe C, atau dari Australia, yaitu tipe A. tapi bukan tidak mungkin bisa juga tipe B seperti yang beredar di Wuhan.
Para peneliti dunia berusaha mengembangkan penelitian vaksin yang bisa menangkal covid-19, diantaranya dari Amerika Serikat, yaitu perusahaan bioteknologi Ufovax, memperluas teknologi platform vaksin satu komponen protein perakitan nano partikel (1c-SApNP) yang dipatenkan menjadi virus corona Covid-19.
Dimana vaksin nano partikel tersebut akan mendorong system kekebalan, dan secara cepat akan menghasilkan antibody untuk menetralkan virus corona Covid-19. Dan kolaborasi ilmuwan dengan perusahaan National Institute of Health (NIH) Amerika Serikat di perusahaan bioteknologi Moderna, yang berbasis di Cambridge, Massachutes juga mengembangkan vaksin anti Covid-19 yang disebut mRNA-1273.
Kemudian di Indonesia, PT Dexa Medica dikabarkan juga mampu memproduksi obat-obatan untuk pasien Covid-19, yaitu Hydroxychloroquine. Dimana dikabarkan bahan baku dari obat tersebut sangat sulit didapatkan. Kemudian sebelumnya PT Kimia Farma Tbk (KAEF), sudah menyatakan kesediaan mampu memproduksi klorokuin.
Sedangkan perusahaan dari Inggris lainya Mologic Ltd tengah memvalidasi tes pendeteksi virus corona baru menggunakan nanopartikel emas. Alat ini juga disebut mampu mendeteksi virus SARS-CoV-2 dalam kasus tanpa gejala. Bahkan dikatakan alat ini mampu menguji ke pasien dan memberikan hasilnya dalam waktu 10 menit, tanpa perlu pelatihan khusus, listrik atau laboratorium.
Yang mana peralatan ini mampu mendeteksi infeksi Covid-19 dalam kasus dimana pasien mungkin tidak menunjukkan gejala, atau dimana test polymerase chain reaction (PCR) yang saat ini digunakan dapat memberikan hasil negatif palsu.
Seorang ahli penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security Amerika Serikat menjelaskan wabah Covid-19 bisa saja menjadi virus musiman seperti flu. Covid-19 bisa saja pergi di musim panas dan kembali di musim dingin dan musim gugur di setiap tahun.
Semoga di Indonesia pada musim kemarau nanti wabah Covid-19 bisa selesai, dan diharapkan musim hujan tahun depan tidak ada lagi wabah Covid-19.
Penulis:
-Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) Blora
-Staf Khusus Bupati Blora, bidang Iptek, Pengentasan Kemiskinan, Pemberdayaan Masyarakat dan Kearifan Lokal
-Dosen Teknik Mesin, Sekolah Tinggi Teknik Ronggolawe (STTR) Cepu
Pengajar Pemboran di SMK Migas Cepu
-Wakil Ketua Komunitas Sapi Indonesia (KSI), Jateng dan DIY
Dewan Pembina KOMBAT TNI POLRI DPD Blora