Oleh: Dwi Yunita Sari, S. Pd.
Aktivitas mendesain motif ukir kontemporer dilakukan oleh para siswa SMP N 3 Kedung Jepara. Proyek untuk menciptakan desain motif ukiran baru sebagai salah satu upaya mengelaborasikan pembelajaran IPA dengan pembelajaran lain khususnya prakarya. Bukan hal mudah untuk mewujudkannya. Alih-alih memiliki ruangan workshop, bahkan seperangkat tatah (alat ukir) dan ganden saja sama sekali tidak dimiliki sekolah ini. Tanpa sokongan dana sekolah, menjadikan beberapa siswa berinisiatif memulung kayu dari pengrajin sekitar. Tidak ada ekstrakulikuler ukir yang mewadahi, tidak juga ada bimbingan secara intensif dari dari guru ukir karena ketiadaan SDM.
Penulis ingin berkontribusi melestarikan seni ukir Jepara yang kini mulai mati suri. Disisi lain, penulis menyadari pendidikan masa kini menuntut siswa memiliki kemampuan kolaborasi. Kemampuan ini akan mencetak manusia adaptif terhadap perubahan zaman. Menyadari kondisi semacam ini, penulis mencetuskan ide proyek “Ukir Anatomi”. Terdapat serangkaian tahapan untuk bisa mewujudkan proyek ini sebagaimana dijelaskan sebagai berikut.
- Observasi
Pada tahap observasi, guru dan siswa mengamati bentuk sel tumbuhan melalui berbagai sumber dan kunjungan ke beberapa showroom ukir sekitar sekolah. Beberapa gambar bentuk anatomi sel tumbuhan dari literatur dikumpulkan, dipilih untuk menjadi motif ukiran, dan diambil keunikannya. Siswa dengan kemampuan komunikasi yang baik menjadi andalan sebagai jembatan komunikasi bagi para pengrajin ukir maupun pemilik workshop hingga mereka berhasil mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan.
- Eksperimen
Setelah dilakukan observasi, eksperimen motif dengan menggunakan mikroskop dilakukan. Beberapa jenis tanaman yang diambil sebagai sampel adalah daun durian, daun Rhoeo discolor, umbi bawang merah, batang cocor bebek, batang Aglonema dan beberapa tanaman lain di sekitar sekolah. Siswa yang memiliki kemampuan serta bakat peneliti akan mengambil peran lebih besar sebab dibutuhkan kemampuan saintifik untuk menemukan sel unik sebagai motif ukiran nantinya.
- Pengumpulan Aset Gambar
Pada tahapan ini, anggota kelompok dengan minat dan bakat seni fotografi mengambil peranan mendokumentasikan foto hasil pengamatan sel tumbuhan secara langsung dari mikroskop. Tentu saja kemampuan ini membutuhkan kecerdasan naturalis dan kecerdasan spasial-visual untuk bisa menangkap gambar-gambar secara lebih hidup dan terbaca.
- Pembuatan Sketsa dengan Aplikasi Digital
Aplikasi Canva diterapkan karena relatif mudah dan tidak berbayar. Siswa dengan kemampuan digital yang baik memegang peranan di tahap ini. Desain yang dihasilkan selanjutnya dikonsultasikan kepada guru mapel prakarya dan praktisi ukir untuk mendapatkan arahan serta penyempurnaan.
- Membuat Pola pada Kayu yang Akan Diukir
Hasil sketsa yang sudah dibuat selanjutnya diukir. Siswa menerapkan sketsa ke atas media ukir membutuhkan kemampuan naturalis, juga kemampuan matematika-logis serta spasial-visual untuk memperhitungkan kesesuaian gambar dengan media kayu yang umumnya memiliki bentuk tidak simetris.
- Proses Natah
Natah atau mengukir merupakan proses tersulit karena tidak semua anak memiliki kemampuan dalam hal tersebut. Bagi siswa yang memiliki kemampuan dasar natah memegang pekerjaan ini. Sedangkan bagi kelompok yang anggotanya sama sekali tidak mempunyai kemampuan tersebut maka memiliki PR tersendiri. Mereka dipaksa belajar natah dari orang tua atau pengrajin sekitar.
- Finishing
Proses ampelas dapat dilakukan secara bergantian oleh tiap anggota kelompok. Sedangkan proses politur dilakukan secara kolaboratif antar kelompok demi efisiensi dana.
- Diseminasi
Pada tahap ini, setiap kelompok siswa diminta menginformasikan hasil temuan mereka dengan membuat flyer diseminasi. Proses diseminasi sekaligus pemasaran melalui media maya. Pada tahapan ini siswa secara tidak langsung belajar entrepreneurship.
Penerapan prinsip pembelajaran digunakan dalam proyek ukir anatomi. Pertama, pembelajaran STEAM (Science, Technology Engineering, Art and Mathematics). Kedua, proses pembelajarannya mengandung unsur HOTS (Higher Order Thinking Skills). Ketiga, proyek ini menerapkan pola pembelajaran abad 21 dengan prinsip 4C (Collaboration, Communication, Critical Thingking & Creativity). Keempat, proyek ini menerapkan prinsip merdeka belajar yang mengedepankan pembelajaran diferensiasi. Kelima, proyek ini mengimplementasikan prinsip pendidikan dari Ki Hajar Dewantara sebagai prinsip dasar dari penerapan Kurikulum Merdeka. Yakni penerapan sistem “among,” penanaman karakter, kolaborasi dalam trisentra pendidikan serta prinsip penyelarasan kodrat alam dan kodrat zaman. Keenam, proyek ini berbasis kearifan lokal Jepara.
Hasil motif ukir ini sengaja tidak dipatenkan agar dapat diadopsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat Jepara. Terwujudnya proyek ukir anatomi ini diharapkan mampu membuka pemikiran para guru bahwa kebutuhan anak didik untuk masa depannya bukan hanya sekedar pencapaian konten materi, melainkan pembekalan siswa dengan kemampuan kontekstual yang memberikan manfaat bagi warga sekitar.
Penulis adalah guru SMP N 3 Kedung Jepara sekaligus pencetus ide Ukir Anatomi.