blank
Norhidayati, S.Pd., Guru SD Negeri 4 Muryolobo Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara (Foto: Norhidayati)

Oleh: Norhidayati, S.Pd.

Peran aktif siswa sangat dibutuhkan dalam semua mata pelajaran termasuk dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam praktek pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini lebih menekankan pada metode mengajar secara informatif yaitu guru menjelaskan atau ceramah dan siswa mendengarkan atau mencatat. Metode ceramah digunakan saat guru harus menjelaskan lebih banyak di kelas.

Pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia terutama pada aspek membaca di kelas 1 SDN 4 Muryolobo masih berlangsung secara konvensional dan monoton yaitu menggunakan metode ceramah. Akibatnya ketika proses kegiatan pembelajaran siswa pasif. Sehingga tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas1 SDN 4 Muryolobo tidak dapat terlaksana sesuai harapan. Hal itu terlihat dari hasil belajar siswa yang hasilnya sangat rendah. Oleh sebab itu penulis bermaksud meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui metode make a match.

Model pembelajaran make a match merupakan jenis model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan teknik berkelompok secara kolaboratif 4-6 orang. Pembagian kelompok ini disesuaikan dengan kemampuan siswa yang heterogen.

Model make a match atau mencari pasangan diterapkan dengan teknik mencari pasangan kartu yang bertuliskan jawaban pertanyaan dengan batasan waktu yang ditentukan. Jika betul, siswa mendapatkan poin.

Teknik make a match ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Keunggulannya adalah siswa mempelajari suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sebab dilakukan sambil bermain, sehingga pembelajaran menjadi lebih seru (Rusman, 2012: 223).

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model make a match adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelelaskan cara penerapan model make a match dalam proses pembelajaran terhadap siswa dan tujuan dari proses pembelajaran yang dilaksanakan;

2) Guru menentukan batas waktu untuk menentukan pasangannya masing-masing;

3) Menentukan hukuman yang akan diberikan kepada siswa yang tidak dapat menetukan pasangannya;

4) Guru mengocok susunan potongan menjadi tidak berurutan;

blank

5) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok;

6) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang berbeda-beda untuk dipasangkan;

7) Tiap siswa memikirkan pasangan dari kartu yang dipegang;

8) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang beisikan jawaban atas pertanyaan pada kartu yang dipegangnya;

blank

9) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin;

10) Hukuman akan diberikan sesuai kesepakatan bersama jika ditemukan ada siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya. Dengan kata lain, tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban. Kesempatan untuk memperoleh jawaban yang benar bisa dilakukan setelah pergantian babak baru;

blank

11) Di akhir permainan, guru dan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui sebuah permainan.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model make a match menjadikan siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Model make a match menjadikan pembelajaran berjalan lebih seru dan menyenangkan. Siswa menjadi senang belajar Bahasa Indonesia dan hasil belajarnya juga meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Rusman, 2012: 223).

Penulis adalah SD Negeri 4 Muryolobo, Kecamatan Nalumsari, Kabupaten Jepara.