Misalnya, kisah anak muda yang ingin sakti mandraguna. Dia yang hanya jebolan kelas III Madrasah itu bertapa dalam sebuah goa  “keramat”. Setelah beberapa hari bertapa, dia melihat mendapati  benda di antara bebatuan besar.

Dia lalu mengambilnya dan setelah dicermati, ternyata kertas lusuh bertuliskan huruf-huruf  arab. Pemuda itu yakin, yang dia temukan itu bukan sembarang kitab, melainkan kitab kesaktian dari alam gaib atau milik para resi, raja atau jawara yang pernah bertapa pada goa itu.

Dia lalu membuka lembar halaman itu, dan betapa senangnya, karena disitu dia temukan “Doa untuk Keket,” yang dalam bahasa Madura, keket itu artinya “berkelahi”. Berbekal yakin dengan doa keket itu, dia kemudian membuka padepokan.

Banyak yang ijazah atau belajar dan diberi amalan doa untuk keket yang ditemukan dalam goa itu, dan ajaibnya, para murid padepokannya setiap berkelahi selalu menang.

blank
Ilustrasi. Foto: Bincangsyariah.com

Setelah menghasilkan banyak jagoan, suatu hari datang santri tulen yang ingin ijazah atau wejangan doa untuk keket, itu. Saat dibaiat, betapa kagetnya, karena amalan yang dia terima dari “Suhu anyaran” itu doa saat akan menyembelih kambing, saat aqiqah atau lidah jawa menyebut “kekah” untuk menyambut kelahiran bayi: Allaahumma haadzihii ‘aqiiqotu, (bin-binti) fataqab balhaa.

Ternyata, Suhu padepokan yang menemukan doa dalam goa itu jebolan kelas III Madrasah, sehingga dia belum bisa membedakan huruf arab, antara keket dengan kekah (aqiqah). Nah, bagaimana dengan murid-murid yang sudah telanjur sakti dengan doa untuk memotong kambing itu? Entahlah.

Baca juga Ilmu Itu Menyesuaikan ‘Wadahnya’

Mereka yang kemudian tahu “mantra” yang diamalkan itu ternyata doa untuk menyembelih kambing (aqiqah), maka lunturlah kesaktiannya. Dan yang tidak tahu bacaan itu salah, sehingga  mantap, mereka masih, bahkan bertambah sakti karena dia tetap membaca dan meyakininya.

Menyiratkan betapa ajaibnya keyakinan yang mampu memunculkan keajaiban luar biasa. Ana’ inda dzonni abdi-bi. Aku (Allah) mengikuti apa yang menjadi prasangka hamba-Ku.

Tentang ajaibnya keyakinan itu pernah terjadi ketika ada Ibu-Ibu  sakit dan menyuruh menantunya minta air yang sudah dibacakan Kiai. Karena menantu itu tukang mabuk, dia minder jika berhadapan dengan sesepuh, khawatir perilaku terbaca.