blank
Kepala Lapas Perempuan Semarang, Kristiana H. tengah meninjau warga binaan mengikuti bimbingan kerja industri garment. Foto: Dok/ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terus digalakkan Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah.

Dengan menggandeng PT. Amura Pratama, pembinaan kemandirian kembali dilaksanakan melalui bimbingan kerja industri garmen di Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang.

“Upaya ini untuk mengembalikan WBP ke jalan yang benar, dan tentu dibutuhkan dukungan penuh semua pihak. Karena mereka butuh bekal saat bebas nanti. Ini merupakan upaya positif yang kita berikan,” kata Kepala Kanwil Kemenkumham Jawa Tengah, A Yuspahruddin, Minggu (13/2/2022).

Menurutnya, tujuan dari pembangunan pabrik garmen di Lapas ini adalah untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam pembinaan WBP.

“Dibutuhkan andil dan perhatian besar masyarakat luar untuk memberikan support kepada WBP, sehingga ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan, agar tidak mengulangi tindak pidana dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab,” jelasnya.

Sebelumnya, pembinaan kemandirian yang menggandeng PT. Amura Pratama juga dilakukan di Rutan Kelas I Surakarta, sebagai salah satu Rutan di Indonesia, menjadi lokasi pabrik garmen sejak Agustus tahun lalu.

Kini, pembinaan kemandirian Lapas Kelas IIA Perempuan Semarang berkembang dengan pesat. Bahkan hasil karya para warga binaan pemasyarakatan melalui Bimbingan Kerja (Bimker) telah dilirik pihak ketiga.

“Sebanyak 30 orang WBP direkrut menjadi karyawan garment dan dilatih untuk siap bekerja memenuhi target pasar,” ujar Kepala Lapas Perempuan Semarang, Kristiana H.

Saat ini, sambung Kristina, LPP Semarang telah bekerja sama dengan Amura Pratama dari Yayasan Afa Bina Warga Indonesia. “Sebagai pihak ketiga, perusahaan ini mempercayakan produksi garmennya di Lapas Perempuan Semarang. Tak main-main, para WBP diberi garapan ribuan pesanan baju, seragam sekolah sebanyak 2.281 dan jaket sebanyak 3.170 buah,” ungkapnya.

Sebelumnya, para WBP sama sekali tidak memiliki keterampilan menjahit. Namun dengan adanya pelatihan dan orderan yang melimpah, mereka dapat menguasai mesin jahit hanya dalam waktu sebulan.

Tak perlu waktu lama, para WBP tengah menggarap ribuan pesanan baju. Suasana di ruangan Bimker Lapas Perempuan Semarang seakan seperti di dalam pabrik industri garmen. Puluhan mesin jahit berjejer rapi lengkap dengan benang, kain, dan piranti lainnya.

Dikatakan Kristina, tumpukan kain menjadi pertanda banyaknya pesanan. Bahkan tampak karung-karung yang sudah tersusun rapi pakaian jadi hasil garapan para WBP.

“Bak karyawan pabrik, mereka fokus dan terampil mengoperasikan mesin jahit. Ada yang menjahit resleting, memotong kain, memasang jarum, menyetrika pesanan jadi, dan melubangi kancing,” imbuhnya.

Ning