blank
Prof Gunarto yang putra seorang kiai kampung, juga dikenal sebagai mubalig. Foto: Ist

Cita-cita Jadi Hakim

Dia memilih masuk SMA, karena ingin melanjutkan kuliah. Meski masuk jurusan IPA, tetapi cita-citanya adalah menjadi hakim. Orang tua menyatakan tidak setuju dengan cita-cita jadi hakim itu.

“Ayah saya tidak ridho kalau saya jadi hakim. Ayah mengingatkan sebuah hadits Nabi yang menyebut, ‘dua dari tiga hakim itu masuk neraka’,” ujar Gunarto.

Tetapi cita-citanya memang ingin jadi hakim, kemudian harapan yang lebih tinggi menjadi hakim agung di Jakarta. “Saya nggak ingin hidup di desa,” kata Prof Gun.

Sejak masuk SMA itu, dia mulai belajar berorganisasi dengan masuk PII (Pelajar Islam Indonesia). Dia juga menjadi pengurus OSIS. “Dan, waktu itu PII memang menguasai di OSIS,” kata dia.

Pendidikan di SMA berjalan lancar, dan dinyatakan lulus. Cita-citanya memang menjadi hakim, tetapi karena dia dari jurusan IPA, mendaftarlah ke ITB (Institut Teknologi Bandung) yang masuk Perintis I. Kemudian pilihan kedua di Undip, Fakultas Hukum.

Ternyata, memang tidak diterima di ITB, dan diterima di Fakultas Hukum Undip, angkatan tahun 1983. Setidaknya jalan menuju cita-cita menjadi hakim sudah mulai terbuka. Di kampus, kehidupan organisasi pun terasa benar. Berbagai organisasi kemahasiswaan tersedia di sana.

Karena dia sejak awal di PII, maka semula ingin meneruskan berorganisasi ke PMII (Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia). Tetapi kemudian akhirnya, dia memilih masuk HMI (Himpunan Mahasiswa Islam).

Di HMI Gunarto menjadi Sekretaris Umum Cabang Semarang, kemudian ke Badko Jateng. “Karena kakak-kakak saya masuk HMI, dan saya melihat banyak tokoh yang sukses itu berasal dari HMI. Maka saya pun masuk HMI,” tuturnya.

Kampanye Keluarga Berencana

Tidak banyak yang tahu, bahwa rektor terpilih Unissula periode 2022-2027 ini ternyata pernah menjadi pengurus sebuah LSM yang berkampanye untuk Keluarga Berencana, dua anak cukup.

Bersama teman-temannya di berbagai universitas dia bergabung di sebuah LSM Zero Population Growth. “Kami ingin membantu meringankan beban pemerintah dengan mengampanyekan Keluarga Berencana, dua anak cukup,” kata Gunarto.

Salah seorang yang bersama-sama dengannya adalah Prof. Dr. Supriyadi Rustad, yang kini di Udinus.  Meski aktif berorganisasi, tetapi Gunarto tidak abai pada studinya, sehingga pada tahun 1986 dia berhasil lulus dan diwisuda sebagai sarjana hukum.

Dia konsekuen pada kampanyenya itu, sehingga kemudian ketika menikah dengan Dra. Hj. Ida Rahmawati, dua anak saja yang dilahirkan yaitu Dean Pratama Nugraeni dan Dafa Mumtanza Jabbar. Hanya saja, Dean Pratama Nugraeni harus lebih dahulu menghadap Tuhan. Dan, sekarang tinggal seorang putra yang bersamanya yaitu Dafa Mumtanza Jabbar.