blank
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, menjadi salah satu narasumber kegiatan bincang siang di Command Center Kabupaten Demak. Foto: Ist

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Pembangunan tol tanggul laut seksi 1 yang sebelumnya mengalami keterlambatan karena ada kendala pembebasan lahan, sedikit demi sedikit kini mulai menemui titik terang.

Awalnya, kendala yang dihadapi adalah adanya tanah terendam pada lokasi rencana pembangunan tol tanggul laut menurut Undang-Undang Agraria terkait tanah musnah, sehingga dianggap tidak memiliki kepemilikan.

Padahal dari fakta yang ada di lapangan, tanah terendam tersebut semula merupakan daratan yang memiliki sertifikat kepemilikan.

Time line tol laut yang menjadi agenda Semarang memang mengalami keterlambatan, karena ada istilah Undang-undang Agraria yaitu tanah musnah, mengalami perdebatan yang cukup rumit,” ungkap Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, saat menjadi salah satu narasumber kegiatan bincang siang di Command Center Kabupaten Demak, Senin (24/1/2022).

Wali kota yang biasa disapa Hendi ini menjelaskan, menurut Undang-undang Agraria tersebut, tanah jika kena air laut maka dianggap tidak ada kepemilikannya padahal di lokasi tersebut terdapat bekas daratan, dan pemilik sertifikatnya banyak.

Namun permasalahan tersebut kini menemui titik terang dengan adanya petunjuk dari Presiden RI, Joko Widodo, yang diterbitkan, maka dapat dilakukan pelelangan yang prosesnya bisa diselesaikan pada akhir tahun 2021.

Dengan begitu, Hendi berharap pembangunan tol tanggul laut dapat segera rampung, sehingga bisa mendorong lompatan pembangunan di wilayah yang dipimpinnya.

“Melalui petunjuk Bapak Presiden maka dilakukan pelelangan dan lelangnya sudah selesai di akhir tahun (2021). Maka, kalau pembangunan tol tanggul laut ini selesai, tentu saja bisa menahan air laut pasang, kemudian secara aksesibilitas jalur Pantura jika terhubung jalan tol, maka akan berjalan dengan lancar,” katanya yang dalam kesempatan tersebut hadir bersama Bupati Demak Eisti’anah dan Bupati Kendal, Dico Ganinduto.

Di sisi lain, Hendi dalam kesempatan yang sama juga menyinggung soal pentingnya komunikasi antarwilayah dalam pengembangan daerah di Jawa Tengah, khususnya pada wilayah hinterland Kedungsepur, atau Semarang Raya.

“Saya selalu diingatkan oleh para senior bahwa inilah saatnya kita berkolaborasi, tidak untuk berkompetisi, kalau tidak terjalin komunikasi yang baik, muncul banyak persoalan bukan kemanfaatan. Maka dengan adanya mbak Eisti dan mas Dico di sini, semoga banyak kemanfaatan yang kita dapatkan,” katanya.

Adapun salah satu kolaborasi yang diharapkannya adalah terkait terkait pengembangan sektor kepariwisataan. Hal ini mengingat pada masa pandemi covid-19, upaya membangun sektor pariwisata menurutnya harus terus dilakukan, agar tetap bisa menjadi pendapatan masyarakat.

“Saya rasa kami bertiga sudah punya semangat yang sama. Untuk lainnya kita akan buat pertemuan sampai semua memiliki visi yang sama,” pungkasnya.

Hery priyono