blank
Slametan yang dilakukan sejumlah pecinta, pelestari dan pemerhati Gunung Tidar sebelum membongkar Tugu Sa yang sudah direnovasi, (Dok)

 

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Sejumlah pecinta, pelestari dan pemerhati Gunung Tidar beberapa hari lalu menggelar slametan “Ruwat Rawat Tugu Sa (Sa Sa Sa)” di Puncak Kebun Raya Gunung Tidar.

Kegiatan ruwat rawat itu sebagai tanda syukur mulai dilaksanakannya pengembalian bentuk Tugu Sa (Sapa Salah Seleh) ke bentuk serupa. Beberapa waktu lalu bangunan Tugu Sa diubah oleh sekelompok orang dari Tulungagung, Jawa Timur. Kejadian itu menuai polemik. Para pencinta, pelestari dan pemerhati Gunung Tidar minta Tugu Sa dikembalikan ke bentuk serupa.

Koordinator Pelaksana Slametan, Agung Begawan Prabu mengatakan, pihaknya bersyukur polemik terkait perubahan wujud Tugu Sa sekarang sudah selesai, dengan keputusan bentuk Tugu Sa dikembalikan seperti semula sebelum direnovasi oleh sekelompok orang dari Tulungagung, Jawa Timur.

‘’Kami bersyukur ada kesepakatan bersama saat dilakukan FGD di Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH), beberapa waktu lalu agar tugu dikembalikan bentuknya seperti semula. Sebagai wujud rasa syukur itu kita adakan slametan ini,’’ katanya kemarin.

blank
Tugu Sa sebelum direnovasi oleh sekelompok orang dari Tulungagung, Jawa Timur

Dia menuturkan, slametan diawali dengan kirab dari area bawah plataran Gunung Tidar menuju puncak, sambil membawa aneka pisungsung. Di antaranya tumpeng cagak gunung, tumpeng rombyong, ingkung, buah-buahan, sayuran, hasil bumi dan sebagainya.

Sesampainya di puncak kita melakukan doa bersama, dan melakukan jamasan alat yang digunakan untuk membongkar tugu, serta menjamas tugu itu sendiri. Beragam pisungsung ini kita simbolkan sebagai aktualisasi doa, agar ke depan usai pemugaran kita dapat menerima berkahnya.

Slametan ini, lanjut Agung, sekaligus menandai dimulainya proses pembongkaran tugu. Bentuk  Tugu Sa akan kembali seperti semula, meski tidak sama persis. Hal ini sesuai dengan kesepakatan bersama saat FGD, beberapa waktu lalu.

‘’Kegiatan ini juga sekaligus merupakan pesan kepada generasi muda milenial agar peduli terhadap peninggalan pendahulu kita. Pendahulu tidak harus nenek moyang yang jauh, tapi yang terdekat saja, seperti Tugu Sa yang penuh nilai sejarah dan filosofi ini,’’ terangnya.

blank

Koordinator Pelaksana Slametan, Agung Begawan Prabu mengawali pembongkaran Tugu Sa yang sudah direnovasi, (Dok)Menurutnya, Tugu Sa merupakan peninggalan yang menjadi ikon penting bagi Kota Magelang. Maka, sudah seharusnya dapat dijaga bersama agar tetap lestari dan dirawat betul, supaya tidak dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.

‘’Kegiatan ini diikuti oleh beberapa komunitas, seperti Patembayan Jawa Dwipa, Vira Nagari Nusantara dan sejumlah tamu dari Salatiga, Yogja, Temanggung, Klaten, Boyolali dan daerah lainnya. Mereka sangat peduli dengan Gunung Tidar,’’ ungkapnya.

 

Doddy Ardjono