blank
Narasumber Dr. Alamsyah, M.Hum. dari Universitas Diponegoro, Muh Fakhriun Ni’am, S.Sn., M.Sn. dari UNNES Semarang, Wahyono, S.Sn dari Unversitas Negeri Yogyakarta, dan KRAT Bambang Setyawan Hadipuro, dan Ingga Tejo Suroto dari Lembaga Pelestari Sejarah Jepara.

JEPARA (SUARABARU.ID) – Sejarah dan budaya Jepara penting untuk dilestarikan. Drs. Hadi Priyanto, M.M. mengajak para pemuda Jepara untuk bergabung dalam forum Pelestari Budaya dan Sejarah Jepara. Forum ini dihelat dengan tema “Nyawiji Mbangun Negeri Kanti Santosaning Jati Diri” yang artinya Bersatu Membangun Negeri dengan Kekuatan Jati Diri di Gedung Ratu Shima Jepara (12/12-2021). Sebanyak 45 peserta pemuda mahasiswa dan seniman hadir dalam kegiatan sebagai pegiat budaya Jepara.

blank
Drs. Hadi Priyanto, M.M. Penulis dan Budayawan Jepara

Forum ini mendatangkan narasumber Dr. Alamsyah, M.Hum. dari Universitas Diponegoro, Muh Fakhriun Ni’am, S.Sn., M.Sn. dari UNNES Semarang, Wahyono, S.Sn dari Unversitas Negeri Yogyakarta, dan KRAT Bambang Setyawan Hadipuro, dan Ingga Tejo Suroto dari Lembaga Pelestari Sejarah Jepara.

Jepara memiliki sejarah yang panjang. Namun, potensi sejarah dan budaya Jepara belum terungkap sepenuhnya. Hal ini diungkap oleh Dr. Alamsyah. Maka dari itu perlu tim kreatif untuk mensosialisasikan.

Alamsyah menyebutkan ada tiga konsep sejarah yaitu sejarah profesional, sejarah ideologis dan sejarah pewarisan. Jika sejarah berkecimpung dalam kebudayaan maka sifatnya tangible dan intangible. Kearifan lokal warisan Jepara yang bersifat Cultural Heritage perlu diungkap ke masyarakat. “Maka untuk mengungkap kearifan lokal Jepara dengan tujuan pelestarian budaya, harus disosialisasikan. Langkah selanjutnya adalah pemeliharaan melalui kegiatan-kegiatan budaya. Setelah pemeliharaan,dilakukan revitalisasi sesuai dengan kondisi zaman saat ini tanpa mengubah ciri khas warisan budaya. Terakhir adalah pemanfaatan bagi kepentingan masyarakat dan pembangunan,” ungkapnya.

blank
Pemuda Pelestari Budaya dan Sejarah Jepara.

Sebagai kader penggiat budaya, Wahyono menyampaikan, harus memiliki tanggung jawab terhadap sejarah budaya yang diungkap ke masyarakat sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakat.

Sama halnya dengan Bambang Setiawan, mengajak pemuda penggiat budaya untuk merangkum sejarah sesuai tema.

Fakhrium Niam melengkapi pernyataan Bambang mengajak peserta untuk meningkatkan kearifan lokal di daerahnya masing-masing.

Sesi akhir acara, Hadi Priyanto, penggerak pemuda penggiat budaya dan sejarah Jepara, membentuk Lembaga Pelestari dengan formatur forum pemuda pelestari budaya dan sejarah Jepara sebanyak 14 orang. “Bahkan telah dibentuk tim formatur dan tim perumus untuk penyusunan pengurus dan program kerja,” ungkapnya.

Alvaros – Hadepe